"Primitive Runaway" Lecehkan Masyarakat Adat
Bogor|Kotahujan.com-Sejak beberapa bulan ini masyarakat Indonesia disuguhi tayangan hiburan yang dikemas berbau alam dan masyarakat adat. Tayangan itu melibatkan artis bersama salah satu sahabat, keluarga, suami-istri atau orang terdekatnya untuk tinggal (menetap) di salah satu suku yang ada di Indonesia. Mempelajari semua adat istiadat, budaya maupun kebiasaan sebuah suku. Tayangan itu adalah Primitive Runaway yang tayang seminggu sekali di Trans TV, setiap Jumat pukul 19.00-19.30 WIB. Sayangnya meski ditujukan untuk menghibur, tayangan ini dianggap melewati kaidah-kaidah tertentu sebelum tayangan hiburan itu di ekspose. Primitive Runaway menurut beberapa kalangan dianggap telah dikemas sedemikian rupa yang justru banyak menampilkan informasi yang tidak sebenarnya (kalau tidak mau dibilang menyesatkan).
Sebagaimana ungkapan Roy Thaniago dalam tulisan “Mereka Bukan Primitif” (Koran Tempo edisi 24 November 2010). Tayangan ini bukan saja mengandung satu, tapi tiga masalah sekaligus: (1) mendiskriminasikan masyarakat adat dengan menyematkan predikat “primitif”, (2) merekayasa realitas kehidupan masyarakat adat, dan (3) mereproduksi dan menyebarkan kesesatan berpikir mengenai masyarakat adat. Lengkap dengan catatan episode yang menurutnya penuh kesesatan dan kebohongan.
Apa yang diungkapkan penulis dan aktivis AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) ini menuai pendapat serupa dari berbagai kalangan. Khususnya penggunaan kata Primitive (primitif) yang tidak tepat. Primitive adalah label yang menyakitkan di masyarakat adat, mereka dimaknai biadab, bodoh, terbelakang, dan “belum manusia”. Masyarakat adat hanya memiliki cara hidup yang berbeda dengan kebanyakan orang, tapi mereka bukan primitif. Keteguhan cara hidup yang khas adalah suatu keindahan. Mereka tidak tinggal di masa lalu, karena kelompok masyarakat manapun selalu berubah dan beradaptasi seturut tuntutan jaman.
Dalam hal ini tentunya wajar jika masyarakat adat merasa terlecehkan. Apalagi tayangan tersebut menampilkan perilaku artis yang kadang-kadang mencibir atau dengan mimik jijik dan ekspresi sejenisnya, yang bias dan bisa ditafsirkan sebagai penghinaan bagi yang menonton.
Protes pun segera disiapkan, Mina Susana Setra staff PB AMAN telah menyiapkan langkah-langkah untuk memprotes tayangan Primitive Runaway ke beberapa pihak. Ia didukung sejumlah kalangan aktivis dan kelompok masyarakat adat yang tergabung di AMAN wilayah dan daerah.
Sebagaimana ungkapan Roy Thaniago dalam tulisan “Mereka Bukan Primitif” (Koran Tempo edisi 24 November 2010). Tayangan ini bukan saja mengandung satu, tapi tiga masalah sekaligus: (1) mendiskriminasikan masyarakat adat dengan menyematkan predikat “primitif”, (2) merekayasa realitas kehidupan masyarakat adat, dan (3) mereproduksi dan menyebarkan kesesatan berpikir mengenai masyarakat adat. Lengkap dengan catatan episode yang menurutnya penuh kesesatan dan kebohongan.
Apa yang diungkapkan penulis dan aktivis AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) ini menuai pendapat serupa dari berbagai kalangan. Khususnya penggunaan kata Primitive (primitif) yang tidak tepat. Primitive adalah label yang menyakitkan di masyarakat adat, mereka dimaknai biadab, bodoh, terbelakang, dan “belum manusia”. Masyarakat adat hanya memiliki cara hidup yang berbeda dengan kebanyakan orang, tapi mereka bukan primitif. Keteguhan cara hidup yang khas adalah suatu keindahan. Mereka tidak tinggal di masa lalu, karena kelompok masyarakat manapun selalu berubah dan beradaptasi seturut tuntutan jaman.
Dalam hal ini tentunya wajar jika masyarakat adat merasa terlecehkan. Apalagi tayangan tersebut menampilkan perilaku artis yang kadang-kadang mencibir atau dengan mimik jijik dan ekspresi sejenisnya, yang bias dan bisa ditafsirkan sebagai penghinaan bagi yang menonton.
Protes pun segera disiapkan, Mina Susana Setra staff PB AMAN telah menyiapkan langkah-langkah untuk memprotes tayangan Primitive Runaway ke beberapa pihak. Ia didukung sejumlah kalangan aktivis dan kelompok masyarakat adat yang tergabung di AMAN wilayah dan daerah.
Tautan halaman ini.
" />
0 komentar:
Posting Komentar