Memanfaatkan Barang Bekas untuk Permainan Edukatif
Parung|Kotahujan.com-Media untuk edukasi anak ternyata tidak hanya melulu barang yang mahal, dan tidak juga harus mengeluarkan uang besar. Warung Bacaan Lebakwangi (Warabal) bersama 30 guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mecoba memperkenalkan Alat Permainan Edukatif (APE). Dalam pelatihan guru-guru PAUD yang dilaksanakan Rabu (21/9) kemarin, Warabal mencoba Memperkenalkan media edukasi untuk anak yang tidak membutuhkan biaya banyak.
Pemilik Warabal Kiswanti mengatakan, pihaknya memang lebih cenderung memilih APE yang berbahan daur ulang dari sampah-sampah sebagai media permainan edukatif anak. Walau terbilang sederhana dan 'ketinggalan zaman', APE dari bahan daur ulang sangat efektif untuk perkembangan kecerdasan anak. Selain itu, bisa mengajarkan anak untuk tidak membuang sampah begitu saja.
“Biasanya saya mengajak anak keliling kampung untuk memungut bahan yang bisa di daur ulang sekalian menajarkan anak peduli lingkungan,” ujarnya ketika ditemui saat pelatihan berlangsung.
Kiswanti mengaku, pada pelatihan guru-guru PAUD kali ini lebih ke perkenalan sejarah warabal dan juga perkenalan bagaimana memberikan edukasi yang baik kepada anak didik. Selain pengenalan terhadap APE ada juga pembelajaran pola asuh terhadap anak, agar orang tua anak bisa lebih mengetahui bagaimana cara mengasuh anak yang baik.
“Saya ingin menularkan bagaimana cara mendidik anak yang pernah saya lakukan terhadap anak saya sendiri,” terangnya.
Rudi Sukanto, salah satu pendamping pada kegiatan pelatihan guru PAUD mengungkapkan, perlunya pengenalan terhadap APE memang sangat penting. Mengetahui bagaimana APE tidak terbuat dari bahan-bahan yang mahal dan bahkan bukan terbuat dari bahan yang harus dibeli.
“Dengan begitu juga bisa mengajarkan anak untuk memanaatkan sampah atau barang bekas yang bisa didaur ulang,” ungkapnya.
Dikatakan Rudi, saat ini memang di Indonesia masih kalah dengan invasi mainan anak yang berasal dari China, sehingga anak-anak sekarang ini labih sulit untuk diperkenalkan kepada mainan-mainan yang berbau edukasi seperti APE ini. Dirinya menerangkan jika dulu masih ada permainan yang megandalkan bahan daur ulang seperti mobil-mobilan dari kaleng dan sandal jepit, tetapi sekarang anak-anak lebih suka dengan permainan yang lebih canggih seperti playstation.
“Itu yang di Indonesia sangat kurang mas, jadi sangat penting APE diperkenalkan sejak dini,” tegas program officer Tereedes Homes (TDH) Tangerang ini.
Laporan Kontributor : R Maeilana
Pemilik Warabal Kiswanti mengatakan, pihaknya memang lebih cenderung memilih APE yang berbahan daur ulang dari sampah-sampah sebagai media permainan edukatif anak. Walau terbilang sederhana dan 'ketinggalan zaman', APE dari bahan daur ulang sangat efektif untuk perkembangan kecerdasan anak. Selain itu, bisa mengajarkan anak untuk tidak membuang sampah begitu saja.
“Biasanya saya mengajak anak keliling kampung untuk memungut bahan yang bisa di daur ulang sekalian menajarkan anak peduli lingkungan,” ujarnya ketika ditemui saat pelatihan berlangsung.
Kiswanti mengaku, pada pelatihan guru-guru PAUD kali ini lebih ke perkenalan sejarah warabal dan juga perkenalan bagaimana memberikan edukasi yang baik kepada anak didik. Selain pengenalan terhadap APE ada juga pembelajaran pola asuh terhadap anak, agar orang tua anak bisa lebih mengetahui bagaimana cara mengasuh anak yang baik.
“Saya ingin menularkan bagaimana cara mendidik anak yang pernah saya lakukan terhadap anak saya sendiri,” terangnya.
Rudi Sukanto, salah satu pendamping pada kegiatan pelatihan guru PAUD mengungkapkan, perlunya pengenalan terhadap APE memang sangat penting. Mengetahui bagaimana APE tidak terbuat dari bahan-bahan yang mahal dan bahkan bukan terbuat dari bahan yang harus dibeli.
“Dengan begitu juga bisa mengajarkan anak untuk memanaatkan sampah atau barang bekas yang bisa didaur ulang,” ungkapnya.
Dikatakan Rudi, saat ini memang di Indonesia masih kalah dengan invasi mainan anak yang berasal dari China, sehingga anak-anak sekarang ini labih sulit untuk diperkenalkan kepada mainan-mainan yang berbau edukasi seperti APE ini. Dirinya menerangkan jika dulu masih ada permainan yang megandalkan bahan daur ulang seperti mobil-mobilan dari kaleng dan sandal jepit, tetapi sekarang anak-anak lebih suka dengan permainan yang lebih canggih seperti playstation.
“Itu yang di Indonesia sangat kurang mas, jadi sangat penting APE diperkenalkan sejak dini,” tegas program officer Tereedes Homes (TDH) Tangerang ini.
Laporan Kontributor : R Maeilana
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar