Peran ASTEKI pada Penyebarluasan Informasi Skema REDD
Bogor, 17/Februari /2010
Berlokasi di Sempur Park View Hotel pada 10 sampai dengan 12 Februari 2010 lalu, ASTEKI (Asosiasi Televisi Kerakyatan Indonesia) mengadakan penyusunan program bersama untuk menyebarluaskan informasi akan REDD (Reduction Emission from Deforestation and Degradation) atau pengurangan emisi yang berasal deforestrasi dan degradasi hutan.
Dengan dihadiri perwakilan dari beberapa anggota ASTEKI diantaranya; RUAI TV, Kendari TV; Bengkulu TV dan Kotahujan.com, serta Gekko Studio penyusunan program TV bersama terkait REDD ini dimulai dengan ulasan beberapa narasumber. Beberapa narasumber yang datang pada kegiatan ini diantaranya seperti; Doddy S Sukardi yang merupakan Dewan Nasional Perubahan Iklim; Abdon Nababan Sekjen AMAN, Chirs Lang dari REDD Monitor.
Skema REDD yang merupakan "skema insentif yang dikembangkan bagi masyarakat dan negara untuk melindungi hutannya dari kegiatan-kegiatan yang akan meningkatkan emisi karbon karena kegiatan deforestrasi dan degradasi hutan, jelas Doddy S Sukardi.Skema ini akan memberikan kompensasi kepada masyarakat dunia yang tetap menjaga hutannya dengan harapan akan mengurangi emisi karbon dunia. Diharapkan pada tahun 2030 suhu permukaan bumi tidak naik lebih dari dua derajat Celcius.
Berbagai pendapat dari anggota ASTEKI mengenai skema REDD yang rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2012 nanti dilihat sebagai peluang yang positif dan negatif. Kompensasi atau insentif dari tetap menjaga hutan untuk tetap dapat menyimpan karbon, ditukar uang. Sebagian kalangan masyarakat melihat skema REDD sebagai perdagangan karbon (carbon trade) semata yang akan melahirkan peluang dan pelaku kejahatan.
Ditemui pada diskusi terbuka di kedai Telapak jalan Pajajaran Bogor Selasa kemarin (16/02 ) Arief Wicaksono yang merupakan fellowship dari Samdhana Institute mengatakan skema REDD ini jangan dilihat dari sudut pandang penyelamatan lingkungan dan perdagangan karbon semata. Skema ini hanya sebuah upaya melanggengkan pruduksi industrialisasi global tanpa melihat kemampuan produksi-produksi lokal melaui keringanan fiskal tetapi tidak melakukan proteksi terhadap sumberdaya produksi lokal itu sendiri. Sehingga kondisi demikian tetap akan membuat masyarakat menjadi masyarakat kunsumtif bukan masyarakat produktif, karena semakin jauh membuat defisit produksi lokal jauh tertinggal dari tingkat konsumsi masyarakat tersebut. Pada kesempatan tersebut Arif mengajak untuk melihat lebih jauh sisi positif dari skema REDD ini.
Selaku ketua ASTEKI, Ridzki R Sigit mengharapkan melalui penyebarluasan informasi skema REDD ini diharapkan dapat memberikan peluang dan kesempatan masyarakat untuk menentukan keputusan yang terbaik terhadap skema REDD ini. Pendapat hampir serupa dikemukakan Alex dari Ruai TV yang mengharapkan terdapat singkronisasi program dimasyarakat terkait skema REDD ini kedepan. Sehingga diharapkan masyarakat dapat lebih terbuka untuk berpartisipasi dan mengontrol program REDD.
Kedepan hari Kamis hingga Jumat (18/02 s/d 19/02/2010) delegasi peserta konggres perubahan iklim Copenhagen dari Indonesia akan mengadakan pertemuan dan serial diskusi di gedung Ford Foundation Jakarta dengan tema "Beranjak dari Copenhagen; Langkah-langkah Selanjutnya Dalam Menghadapai Perubahan Iklim".
Berlokasi di Sempur Park View Hotel pada 10 sampai dengan 12 Februari 2010 lalu, ASTEKI (Asosiasi Televisi Kerakyatan Indonesia) mengadakan penyusunan program bersama untuk menyebarluaskan informasi akan REDD (Reduction Emission from Deforestation and Degradation) atau pengurangan emisi yang berasal deforestrasi dan degradasi hutan.
Dengan dihadiri perwakilan dari beberapa anggota ASTEKI diantaranya; RUAI TV, Kendari TV; Bengkulu TV dan Kotahujan.com, serta Gekko Studio penyusunan program TV bersama terkait REDD ini dimulai dengan ulasan beberapa narasumber. Beberapa narasumber yang datang pada kegiatan ini diantaranya seperti; Doddy S Sukardi yang merupakan Dewan Nasional Perubahan Iklim; Abdon Nababan Sekjen AMAN, Chirs Lang dari REDD Monitor.
Skema REDD yang merupakan "skema insentif yang dikembangkan bagi masyarakat dan negara untuk melindungi hutannya dari kegiatan-kegiatan yang akan meningkatkan emisi karbon karena kegiatan deforestrasi dan degradasi hutan, jelas Doddy S Sukardi.Skema ini akan memberikan kompensasi kepada masyarakat dunia yang tetap menjaga hutannya dengan harapan akan mengurangi emisi karbon dunia. Diharapkan pada tahun 2030 suhu permukaan bumi tidak naik lebih dari dua derajat Celcius.
Berbagai pendapat dari anggota ASTEKI mengenai skema REDD yang rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2012 nanti dilihat sebagai peluang yang positif dan negatif. Kompensasi atau insentif dari tetap menjaga hutan untuk tetap dapat menyimpan karbon, ditukar uang. Sebagian kalangan masyarakat melihat skema REDD sebagai perdagangan karbon (carbon trade) semata yang akan melahirkan peluang dan pelaku kejahatan.
Ditemui pada diskusi terbuka di kedai Telapak jalan Pajajaran Bogor Selasa kemarin (16/02 ) Arief Wicaksono yang merupakan fellowship dari Samdhana Institute mengatakan skema REDD ini jangan dilihat dari sudut pandang penyelamatan lingkungan dan perdagangan karbon semata. Skema ini hanya sebuah upaya melanggengkan pruduksi industrialisasi global tanpa melihat kemampuan produksi-produksi lokal melaui keringanan fiskal tetapi tidak melakukan proteksi terhadap sumberdaya produksi lokal itu sendiri. Sehingga kondisi demikian tetap akan membuat masyarakat menjadi masyarakat kunsumtif bukan masyarakat produktif, karena semakin jauh membuat defisit produksi lokal jauh tertinggal dari tingkat konsumsi masyarakat tersebut. Pada kesempatan tersebut Arif mengajak untuk melihat lebih jauh sisi positif dari skema REDD ini.
Selaku ketua ASTEKI, Ridzki R Sigit mengharapkan melalui penyebarluasan informasi skema REDD ini diharapkan dapat memberikan peluang dan kesempatan masyarakat untuk menentukan keputusan yang terbaik terhadap skema REDD ini. Pendapat hampir serupa dikemukakan Alex dari Ruai TV yang mengharapkan terdapat singkronisasi program dimasyarakat terkait skema REDD ini kedepan. Sehingga diharapkan masyarakat dapat lebih terbuka untuk berpartisipasi dan mengontrol program REDD.
Kedepan hari Kamis hingga Jumat (18/02 s/d 19/02/2010) delegasi peserta konggres perubahan iklim Copenhagen dari Indonesia akan mengadakan pertemuan dan serial diskusi di gedung Ford Foundation Jakarta dengan tema "Beranjak dari Copenhagen; Langkah-langkah Selanjutnya Dalam Menghadapai Perubahan Iklim".
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar