Bogor, Enam Puluh Lima Tahun Yang Lalu
Bogor|Kotahujan.com-Hari ini, genap 65 tahun Republik ini merdeka dari bangsa asing dan mandiri sebagai bangsa yang bermartabat. Sebagaimana kota lain pada umumnya, Bogor pun tak ketinggalan berperan aktif mengobarkan semangat kemerdekaan. Kota ini juga memiliki cerita pergolakan masa peralihan tahun 1945. Sebelum Indonesia secara resmi merdeka, kota Bogor berada dalam cengkraman Jepang. Beberapa fasilitas dan gedung pemerintahan termasuk jalan tinggalan Belanda memiliki cerita khas masa 1945. Salah satunya Hotel Dibbets (sekarang Hotel Salak) yang menjadi markas Kenpeitei Jepang. Demikian catatan yang diperoleh dari komunitas Kampoeng Bogor
Bermula dari selebaran oleh sekutu bahwa mereka akan segera datang ke Jawa. Jepang kemudian mencoba meraih simpati dengan memperbolehkan pengibaran Bendera merah putih. Terbukanya peluang dan janji kemerdekaan inilah yang mendorong utusan Kantor Besar Djawa Hooko Kai pergi ke Bogor, untuk mengadakan pidato dalam berbagai rapat tertutup dan rapat umum tentang Kemerdekaan Indonesia di kemudian hari. Utusan itu adalah oleh Mr. R. Samsoedin dan R. Oto Iskandar Dinata yang datang pada pada 3 Oktober 1944. Ir Soekarno Tanggal 16 Maret 1945 mengunjungi Bogor dari Karesidenan Banten. Beliau seperti biasa memberikan pidato menyala-nyala tentang pentingnya perang Asia Timoer Raja, semangat perjuangan, dan tidak lupa menyanyikan Indonesia Raya.
Peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 agustus 1945 membuat Jepang menyerah. Saat Jepang menyerah pada sekutu, informasi itu tersiar hingga ke telinga para pemuda Indonesia. Berita penyerahan Jepang inilah yang akhirnya memicu pernyataan kemerdekaan atau proklamasi 17 Agustus 1945.
Oktober 1945, situasi kota Bogor sangat genting. Sekutu dengan pimpinan tentara Inggris dan Gurkha memasuki daerah Bogor, yang juga ditunggangi oleh tentara NICA. Tentara Inggris dan Gurkha kemudian melebarkan kekuasaannya dengan menduduki Kota Paris, tempat nyonya-nyonya dan anak-anak Belanda (RAPWI/ Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees) dikumpulkan. Dalam waktu singkat Kota Paris dapat direbut dengan mudah oleh tentara Inggris.
Sikap tentara Inggris yang sombong justru menyakitkan hati rakyat. Pada tanggal 6 Desember 1945, terjadilah pemberontakan oleh seluruh masyarakat Bogor. Mereka hanya bersenjatakan bambu runcing, golok, pedang dan senjata ala kadarnya. Peperangan ini berlangsung sengit dan menggetarkan, terutama di sekitar Istana Bogor dan Kota Paris.
Lalu pada tanggal 21 Desember, sebanyak 250 serdadu Gurkha yang bersenjata lengkap tank dan truk menuju Keboen Radja dan Kota Paris, rupanya mereka hendak menggulung kawat-kawat telepon yang mereka pasang karena Kota Paris sudah dikosongkan.
Ditengah situasi Kota Bogor yang kian memanas itu, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan ke markas-markas yang diduduki tentara Inggris dan Gurkha. Pada tanggal 25 Desember 1945, Kapten Muslihat bersama pasukannya menyerang kantor Polisi yang terletak di Djalan Banten (sekarang jalan Kapten Muslihat), dalam penyerangan tersebut Kapten Muslihat gugur.
Demikianlah sekelumit peristiwa di Bogor enampuluh lima tahun yang lalu. Kini dengan sisa-sisa kebanggaannya Bogor dan kota lainnya tetap menggelar upacara kemerdekaan, mengenang perjuangan panjang tersebut.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar