Cuaca Ekstrim Petani Gagal Panen
Halimun|kotahujan.com-Perubahan iklim dan cuaca buruk menyebabkan sejumlah petani cabe di Kecamatan Kabandungan mengalami gagal panen. Hujan lebat yang turun hampir setiap hari bahkan disertai angin kencang disinyalir menjadi faktor penyebabnya. Ada tiga jenis cabe yang ditanam oleh petani, yaitu cabe rawit, cabe keriting dan cabe TW atau biasa di sebut dengan cabe cili. Cabe keriting dan cabe TW yang mengalami kegagalan panen, terpaksa petani harus memanen cabe mereka di usia dini atau ketika cabe tersebut masih muda dan masih berwarna hijau.
"Musim kali ini cabe rontok atau gugur, terjadi pembusukan di batang buah karena hampir setiap hari diguyur hujan, kita bisa menahan supaya tidak terjadi rontok dengan menambah dosis obat penguat buah dan itupun hasilnya tidak maksimal, rontok buah tetap terjadi," ujar Bahim, petani dari Desa Kabandungan.
Panen cabe yang biasanya mencapai 8 sampai 12 kali dalam satu musim, saat ini hanya bisa bertahan dan dipanen 3 sampai 5 kali saja. Belum ada penelitian lebih lanjut dari dinas pertanian setempat mengenai kejadian ini, menurut perkiraan petani selain disebabkan oleh cuaca, benih yang susah di kontrol dan penggunaan pestisida yang berlebihan berdampak pada rusaknya unsur hara dan berkurangnya kesuburan tanah, sehingga banyak petani yang mengalami gagal panen. Kondisi ini semakin parah karena rendahnya harga jual di tingkat petani, saat ini harga jual cabe hanya Rp. 6.000/kilo gram, perbedaan harga yang terlampau jauh dibandingkan dengan harga pada bulan Agustus yang mencapai Rp. 32.000/kilo gram.
LAPORAN :M. Kosar (Kantor Berita Halimun)
"Musim kali ini cabe rontok atau gugur, terjadi pembusukan di batang buah karena hampir setiap hari diguyur hujan, kita bisa menahan supaya tidak terjadi rontok dengan menambah dosis obat penguat buah dan itupun hasilnya tidak maksimal, rontok buah tetap terjadi," ujar Bahim, petani dari Desa Kabandungan.
Panen cabe yang biasanya mencapai 8 sampai 12 kali dalam satu musim, saat ini hanya bisa bertahan dan dipanen 3 sampai 5 kali saja. Belum ada penelitian lebih lanjut dari dinas pertanian setempat mengenai kejadian ini, menurut perkiraan petani selain disebabkan oleh cuaca, benih yang susah di kontrol dan penggunaan pestisida yang berlebihan berdampak pada rusaknya unsur hara dan berkurangnya kesuburan tanah, sehingga banyak petani yang mengalami gagal panen. Kondisi ini semakin parah karena rendahnya harga jual di tingkat petani, saat ini harga jual cabe hanya Rp. 6.000/kilo gram, perbedaan harga yang terlampau jauh dibandingkan dengan harga pada bulan Agustus yang mencapai Rp. 32.000/kilo gram.
LAPORAN :M. Kosar (Kantor Berita Halimun)
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar