Launching Film; "Persiapan Masyarakat Adat pada Perubahan Iklim dan REDD"
Kali ini Gekko studio bersama AMAN akan me-release tiga film terbarunya yaitu; 1. REDD (Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation ); Demonstration Activity; 2. Masyarakat Adat dan Kearifan Lokal (Save Indonesian Forest); 3. "Masyarakat Adat menghadapi Perubahan Iklim dan REDD", bertempat di Kedai Telapak hari Sabtu (30/10) nanti jam 19.00-21.00 WIB .
Film yang pertama yaitu; REDD: Demonstration Activity bertutur tentang;
ujicoba salah satu proyek REDD (Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation ) di Indonesia adalah Kalimantan Forest and Climate Partenership (KFCP) yang dilakukan di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Proyek ini adalah kerjasama antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia yang mengambil lokasi di kawasan ex PLG (Pengembangan Lahan Gambut). Proyek ini berlangsung sejak tahun 2008 dan akan berakhir pada tahun 2012.
Pengakuan atas wilayah adat masih merupakan masalah utama bagi masyarakat adat. Bahkan hal ini terjadi pada wilayah adat Dayak Ngaju yang dijadikan ujicoba skema REDD.
Sedangkan film yang kedua, yaitu "Masyarakat Adat dan Kearifan Lokal" (Save Indonesian Forest) bertutur tentang fenomena perubahan iklim telah berdampak pada kehidupan manusia diseluruh dunia. Iklim berubah karena ulah manusia yang telah memperburuk kondisi alam.
Masyarakat Adat, komunitas yang kecil kontribusinya terhadap terjadinya pemanasan global ikut menerima dampak yang besar akibat terjadinya perubahan iklim.
Untuk mempersiapkan masyarkat adat dalam menghadapi perubahan iklim, AMAN mulai melakukan sosialisasi tentang perubahan iklim diberbagai komunitas masyarakat adat di Indonesia. AMAN juga mengajak masyarakat adat untuk ikut berperan serta dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan melindungi hutan sesai dengan aturan adat mereka.
Masyarakat adat juga dipersiapkan dalam menghadapi proyek-proyek penanggulangan perubahan iklim yaitu REDD.
Untuk film yang ketiga yaitu "Masyarakat Adat menghadapi Perubahan Iklim dan REDD" bertutur tentang, masyarakat adat dan kearifan lokal turut serta menyelamatkan jutaan hektar hutan Indonesia dalam bentuk hutan adat.
Masyarakat Dayak Kualantn di kampung Pendaun, Kalimantan Barat, ‘Torunth’ atau hutan adalah pusaka bagi mereka.
Melalui musyawarah adat, masyarakat pendaun menetapkan sebagian wilayah hutannya sebagai tanah colap atau tanah yang dingin (hutan yang dikramatkan).
Di Ngata Toro, Sulawesi Tengah, setelah ditetapkannya Taman Nasional Lore Lindu pada tahun 1992. Keberadaan masyarkat Toro tidak bisa dipisahkan dari taman nasional. Masyarakat adat Toro sudah menjaga dan melindungi hutan adat yang ada didalam taman nasional sejak lama. Melalui lembaga adat dan aturan-aturan adat masyarakat adat Toro hidup harmonis dengan hutan yang sekarang menjadi kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Een Irawan yang merupakan koordinator dari Gekko akan kegiatan pemutaran film perdana ini bersama bersama AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), mengharapkan kehadiran kawan-kawan dari kalangan pemerintah, NGO/ LSM serta masyarakat adat untuk dapat memberi masukan pada sesi diskusi yang akan digelar setelah pemutaran. Masukan-masukan dari penonton dan peserta diskusi diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan informasi akan perubahan iklim yang berkembang.
Film yang pertama yaitu; REDD: Demonstration Activity bertutur tentang;
ujicoba salah satu proyek REDD (Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation ) di Indonesia adalah Kalimantan Forest and Climate Partenership (KFCP) yang dilakukan di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Proyek ini adalah kerjasama antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia yang mengambil lokasi di kawasan ex PLG (Pengembangan Lahan Gambut). Proyek ini berlangsung sejak tahun 2008 dan akan berakhir pada tahun 2012.
Pengakuan atas wilayah adat masih merupakan masalah utama bagi masyarakat adat. Bahkan hal ini terjadi pada wilayah adat Dayak Ngaju yang dijadikan ujicoba skema REDD.
Sedangkan film yang kedua, yaitu "Masyarakat Adat dan Kearifan Lokal" (Save Indonesian Forest) bertutur tentang fenomena perubahan iklim telah berdampak pada kehidupan manusia diseluruh dunia. Iklim berubah karena ulah manusia yang telah memperburuk kondisi alam.
Masyarakat Adat, komunitas yang kecil kontribusinya terhadap terjadinya pemanasan global ikut menerima dampak yang besar akibat terjadinya perubahan iklim.
Untuk mempersiapkan masyarkat adat dalam menghadapi perubahan iklim, AMAN mulai melakukan sosialisasi tentang perubahan iklim diberbagai komunitas masyarakat adat di Indonesia. AMAN juga mengajak masyarakat adat untuk ikut berperan serta dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan melindungi hutan sesai dengan aturan adat mereka.
Masyarakat adat juga dipersiapkan dalam menghadapi proyek-proyek penanggulangan perubahan iklim yaitu REDD.
Untuk film yang ketiga yaitu "Masyarakat Adat menghadapi Perubahan Iklim dan REDD" bertutur tentang, masyarakat adat dan kearifan lokal turut serta menyelamatkan jutaan hektar hutan Indonesia dalam bentuk hutan adat.
Masyarakat Dayak Kualantn di kampung Pendaun, Kalimantan Barat, ‘Torunth’ atau hutan adalah pusaka bagi mereka.
Melalui musyawarah adat, masyarakat pendaun menetapkan sebagian wilayah hutannya sebagai tanah colap atau tanah yang dingin (hutan yang dikramatkan).
Di Ngata Toro, Sulawesi Tengah, setelah ditetapkannya Taman Nasional Lore Lindu pada tahun 1992. Keberadaan masyarkat Toro tidak bisa dipisahkan dari taman nasional. Masyarakat adat Toro sudah menjaga dan melindungi hutan adat yang ada didalam taman nasional sejak lama. Melalui lembaga adat dan aturan-aturan adat masyarakat adat Toro hidup harmonis dengan hutan yang sekarang menjadi kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Een Irawan yang merupakan koordinator dari Gekko akan kegiatan pemutaran film perdana ini bersama bersama AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), mengharapkan kehadiran kawan-kawan dari kalangan pemerintah, NGO/ LSM serta masyarakat adat untuk dapat memberi masukan pada sesi diskusi yang akan digelar setelah pemutaran. Masukan-masukan dari penonton dan peserta diskusi diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan informasi akan perubahan iklim yang berkembang.
Tautan halaman ini.
" />
0 komentar:
Posting Komentar