Berakit-rakit Menyusur Ciliwung
Bojonggede|Kotahujan.com-Perlahan tapi pasti rakit melaju menyusuri sungai ciliwung bersama pecinta ciliwung pada sabtu (23/07) kemarin. Mengawali pergerakan pada pukul 9 pagi, Bojonggede menjadi titik awal penelusuran yang dilakukan Komunitas Peduli Ciliwung bersama beberapa rekan dari Majalah Traveller, Sosiologi Universitas Indonesia, Kotahujan.com dan seorang warga negara Prancis bernama Marine.
Penelusuran ini menjadi bagian upaya membangun wisata sungai Ciliwung, dan menjadi bekal atas usaha pelestarian Ciliwung oleh KPC. Sebelum menyusur dilakukan penanaman beberapa bibit pohon seperti salak dan pucung di sekitar jembatan Pager Besi.
Peserta diwajibkan menggunakan pelampung yang telah disediakan, karena rakit bambu yang berukuran 6x3m ini sedikit berbahaya jika melewati jeram sungai. Rakit dapat menampung kapasitas 3-5 orang.
Rakit yang dibuat dari bambu itu terlihat cantik dengan adanya saung yang diletakkan ditengah. Tak hanya rakit, ada pula 1 kano yang disediakan untuk memandu penelusuran.
Air beriak tanda tak dalam, ungkapan itu sebenarnya cocok menunjukkan proses penyusuran yang banyak jeram. Peserta pun harus waspada agar tidak menabrak atau setidaknya turun dari rakit apabila jeramnya kecil.
Selama perjalanan di rute ini, pemandangan dari tepian sungai didominasi hutan bambu. Meski demikian tak kalah banyaknya ditemukan penambangan batu sungai, mata air, dan pembuangan air. Hal yang disayangkan adalah masih terdapat titik pembuangan sampah di tepian sungai.
“We can adventure not far from the city, that so fun.” Ujar Marine, wanita asal Prancis yang mengikuti susur ciliwung.
Kodir, anggota KPC Condet menuturkan bahwa terdapat hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi koreksi penyusuran selanjutnya, yaitu dalam segi persiapan harus mantap.
Penyusuran yang menghasilkan 19 titik dari desa Bojonggede hingga Condet ini akan dilanjutkan kembali setelah lebaran. Data keseluruhan penelusuran akan didokumentasikan sehingga menjadi acuan untuk menjadikan Ciliwung sebagai wisata sungai.
Laporan Kontributor : Uni Sutiyah
Penelusuran ini menjadi bagian upaya membangun wisata sungai Ciliwung, dan menjadi bekal atas usaha pelestarian Ciliwung oleh KPC. Sebelum menyusur dilakukan penanaman beberapa bibit pohon seperti salak dan pucung di sekitar jembatan Pager Besi.
Peserta diwajibkan menggunakan pelampung yang telah disediakan, karena rakit bambu yang berukuran 6x3m ini sedikit berbahaya jika melewati jeram sungai. Rakit dapat menampung kapasitas 3-5 orang.
Rakit yang dibuat dari bambu itu terlihat cantik dengan adanya saung yang diletakkan ditengah. Tak hanya rakit, ada pula 1 kano yang disediakan untuk memandu penelusuran.
Air beriak tanda tak dalam, ungkapan itu sebenarnya cocok menunjukkan proses penyusuran yang banyak jeram. Peserta pun harus waspada agar tidak menabrak atau setidaknya turun dari rakit apabila jeramnya kecil.
Selama perjalanan di rute ini, pemandangan dari tepian sungai didominasi hutan bambu. Meski demikian tak kalah banyaknya ditemukan penambangan batu sungai, mata air, dan pembuangan air. Hal yang disayangkan adalah masih terdapat titik pembuangan sampah di tepian sungai.
“We can adventure not far from the city, that so fun.” Ujar Marine, wanita asal Prancis yang mengikuti susur ciliwung.
Kodir, anggota KPC Condet menuturkan bahwa terdapat hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi koreksi penyusuran selanjutnya, yaitu dalam segi persiapan harus mantap.
Penyusuran yang menghasilkan 19 titik dari desa Bojonggede hingga Condet ini akan dilanjutkan kembali setelah lebaran. Data keseluruhan penelusuran akan didokumentasikan sehingga menjadi acuan untuk menjadikan Ciliwung sebagai wisata sungai.
Laporan Kontributor : Uni Sutiyah
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar