Tradisi Unik Kurban Kampung Cilangkap
Ciseeng|Kotahujan.com-Ada yang berbeda dari tradisi potong hewan kurban yang ada di Kampung Cilangkap, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng. Hewan kurban yang hendak dikorbankan diberi perlakuan khusus saat detik-detik terakhir menjelang dipotong. Domba yang akan dipotong diberikan perlakuan istimewa sebelum hari-hari pemotongan, warga yang mengkurbankannyapun harus melalui tahap ijab kabul atau serah terima kepada si pemotong hewan kurban nantinya.
Yang unik dalam tradisi ini, pada saat dipotong hewan kurban diberikan shampo khusus untuk bulu-bulu di lehernya, setelah itu diberikan wewangian lalu pada bagian tanduk diikatkan dengan tali putih menyerupai tali kafan. Pada bagian badannya, ditutupi dengan kain warna putih persegi empat berukuran lebih kurang 30 cm. Tidak hanya itu, hewan ini lalu disisir dan disiram dengan air kembang tujuh rupa pada bagian lehernya. Dan tidak lupa hewan kurban diberi kesempatan untuk melihat wajahnya mewalui cermin yang dipegang oleh salah seorang pemotong lainnya.
Pemotong hewan terlebih dahulu memanjatkan doa-doa, setelah doa-doa selesai hewan kemudian dipotong. Terdengar suara erangan ketika hewan kurban di potong, salah seorang yang memegang kepada hewan kurban mengatakan, itu adalah suara erangan yang bergelut dengan suara setan.
Abah Uding (70) orang yang dituakan di kampung cilangkap mengatakan, perlakuan istimewa yang dilakukan itu adalah salah satu bentuk hormat kepada leluhur. Karena, kurban sendiri memang mengatasnamakan keluarga yang sudah tiada jadi hewan yang dikurbankan itu ibarat kita mempersembahkan pengorbanan kepada keluarga yang sudah tiada.
“Ini juga sebagian teladan dari kisah Nabi Ibrahim AS yang rela memotong Ismail anaknya karena mendapat perintah dari setan yang menyamar sebagai tuhan,” ujar Abah Uding ketika selesai memotong hewan kurban.
Pemotongan hewan di Kampung Cilangkap sendiri memang tidak serempak dilakukan di masjid setelah Sholat Idul Adha, pemotongan dilakukan di rumah orang yang akan memotong. Abah Uding selaku tokoh di kampung tersebut dipercaya warga dalam memotong hewan kurban dan memang dia juga sebagai tokoh yang dituakan di masyarakat.
Sebanyak 3 ekor domba dipotong dalam tradisi potong kurban pada kali ini, itu bersal dari warga yang mengkurbankan hewan tersebut atas nama keluarganya yang sudah tiada. Hasil dari pemotongan hewan kurban itu dibagikan kepada warga sekitar yang masih ada ikatan keluarga. Dan beberapa dari daging tersebut dijadikan hidagan pada saat haolan (Selamatan mengenang keluarg yang telah tiada -Red) bagi keluarga yang mengkurbankan dan mengadakan haolan itu.
“Kalau mampu mah ya wajib laksanain haolan,”Tegas Abah Uding
Yang unik dalam tradisi ini, pada saat dipotong hewan kurban diberikan shampo khusus untuk bulu-bulu di lehernya, setelah itu diberikan wewangian lalu pada bagian tanduk diikatkan dengan tali putih menyerupai tali kafan. Pada bagian badannya, ditutupi dengan kain warna putih persegi empat berukuran lebih kurang 30 cm. Tidak hanya itu, hewan ini lalu disisir dan disiram dengan air kembang tujuh rupa pada bagian lehernya. Dan tidak lupa hewan kurban diberi kesempatan untuk melihat wajahnya mewalui cermin yang dipegang oleh salah seorang pemotong lainnya.
Pemotong hewan terlebih dahulu memanjatkan doa-doa, setelah doa-doa selesai hewan kemudian dipotong. Terdengar suara erangan ketika hewan kurban di potong, salah seorang yang memegang kepada hewan kurban mengatakan, itu adalah suara erangan yang bergelut dengan suara setan.
Abah Uding (70) orang yang dituakan di kampung cilangkap mengatakan, perlakuan istimewa yang dilakukan itu adalah salah satu bentuk hormat kepada leluhur. Karena, kurban sendiri memang mengatasnamakan keluarga yang sudah tiada jadi hewan yang dikurbankan itu ibarat kita mempersembahkan pengorbanan kepada keluarga yang sudah tiada.
“Ini juga sebagian teladan dari kisah Nabi Ibrahim AS yang rela memotong Ismail anaknya karena mendapat perintah dari setan yang menyamar sebagai tuhan,” ujar Abah Uding ketika selesai memotong hewan kurban.
Pemotongan hewan di Kampung Cilangkap sendiri memang tidak serempak dilakukan di masjid setelah Sholat Idul Adha, pemotongan dilakukan di rumah orang yang akan memotong. Abah Uding selaku tokoh di kampung tersebut dipercaya warga dalam memotong hewan kurban dan memang dia juga sebagai tokoh yang dituakan di masyarakat.
Sebanyak 3 ekor domba dipotong dalam tradisi potong kurban pada kali ini, itu bersal dari warga yang mengkurbankan hewan tersebut atas nama keluarganya yang sudah tiada. Hasil dari pemotongan hewan kurban itu dibagikan kepada warga sekitar yang masih ada ikatan keluarga. Dan beberapa dari daging tersebut dijadikan hidagan pada saat haolan (Selamatan mengenang keluarg yang telah tiada -Red) bagi keluarga yang mengkurbankan dan mengadakan haolan itu.
“Kalau mampu mah ya wajib laksanain haolan,”Tegas Abah Uding
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar