Enam Tokoh Agama Lahirkan BASOLIA
Enam tokoh Agama melakukan ikrar perdamaian bersama dalam acara Launching Basolia di Auditorium II Badan Litbang Pertanian Cimanggu kota Bogor (2/8). Enam tokoh lintah agama tersebut masing-masing mewakili agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, Hindu dan Konghuchu. Dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Bogor Achmad Ru’yat di daulat untuk memukul gong peresmian BASOLIA. Ru’yat mengharapkan keberadaan BASOLIA tersebut bisa menjadi sarana forum persaudaraan dan kerjasama sosial. Penandatanganan kesepakatan tersebut disaksikan tokoh NU pencetus Basolia, KH Said Agil Siraj, Wakil walikota Bogor, Wakapolwil AKBP Soetikno, Dubes Kuwait untuk Indonesia Faisal Sulaiamn Ali Al Musaileem dan beberapa tokoh agama lainnya. Diramaikan pula dengan donasi lelang lukisan yang dipandu Dorce Gamalama.
Bogor merupakan salah satu kota di ndonesia dengan wilayah yang memiliki keragaman penduduk dari berbagai latar belakang. Sebagaimana di kota dan daerah lain, keragaman ini tidak semata masalah ras saja. Keragaman keyakinan Agama yang tumbuh subur di Bogor justru menjadi warna dinamika tersendiri. Namun jika keragaman tersebut tidak didukung dengan kerukunan yang baik tentu bisa menimbulkan gejolak dan gesekan antar masyarakat. Disinilah nilai kebersamaan sosial Agama diperlukan untuk menjembatani hubungan antar Agama.
Atas dasar semangat itulah maka pada hari Minggu (2/08) lalu tercetus sebuah lembaga kerukunan sosial agama di kota Bogor. Enam tokoh Agama sepakat untuk mendirikan Badan Sosial Lintas Agama (BASOLIA) yang peresmiannya dilakukan di Gedung Auditorium II Badan Litbang Pertanian Cimanggu Bogor. Enam tokoh lintah agama tersebut masing-masing mewakili agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, Hindu dan Konghuchu. Dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Bogor Achmad Ru’yat di daulat untuk memukul gong peresmian BASOLIA. Ru’yat mengharapkan keberadaan BASOLIA tersebut bisa menjadi sarana forum persaudaraan dan kerjasama sosial.
Sejatinya BASOLIA sudah terbentuk sejak 2007 lalu. Beberapa kegiatan sosial sudah banyak mereka lakukan, seperti pengobatan gratis, seminar, khitanan massal, pelatihan manajemen bencana alam. Baru pada tahun 2009 inilah BASOLIA berkesempatan melalukan launching secara resmi. Menurut H. Zainal Abidin selaku ketua Presidium BASOLIA, sejak kongres pertama 3 maret 2007 telah disepakati untuk membentuk hal-hal yang bersifat keorganisasian seperti kepengurusan dan AD/ART. Visi yang diusung adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.
Keenam tokoh agama tersebut kemudian berikrar menyatakan sikap untuk memerangi segala bentuk kekerasan dan perilaku tak berperikemanusiaan. Dalam ikrar tersebut mereka melakukan penandatanganan kesepakatan yang disaksikan tokoh NU pencetus Basolia, KH Said Agil Siraj, Wakil walikota Bogor, Wakapolwil AKBP Soetikno, Dubes Kuwait untuk Indonesia Faisal Sulaiamn Ali Al Musaileem dan beberapa tokoh agama lainnya. Enam tokoh agama yang dimaksud adalah KH Zaenal Abidin dari agama Islam, Uskup Bogor Mgr Michael Cosmas Angkur dari unsur agama Katolik, Pendeta Krisna mewakili Kristen Protestan dari Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Jawa Barat, WS Eka Wijaya dari Konghuchu, Rafi Dharma Kumala dari agama Hindu dan tokoh Budha.
Sementara itu dalam sambutannya Said Agil Siraj menegaskan bahwa perbedaan keyakinan bukan untuk dipertentangkan, karena perbedaan untuk saling melengkapi demi kejayaan bangsa. Tidak ada agama dalam kekerasan, begitu juga sebaliknya tidak ada kekerasan dalam agama. Yang dikembangkan dalam agama itu pesan moral dan bukan spirit yang kebablasan.
Usai penandatanganan ikrar, Dorce Gamalama ikut meramaikan acara peresmian dengan aksinya memandu jalannya lelang lukisan yang ditujukan sebagai upaya donasi. Lukisan kuda karya pelukis minto tersebut berhasil dimenangkan dengan nilai nominal 25 juta. Selain Dorce, tampil juga gamelan bambu dari SMU Budi Mulia dan Sanggar Tari Bali.
Bogor merupakan salah satu kota di ndonesia dengan wilayah yang memiliki keragaman penduduk dari berbagai latar belakang. Sebagaimana di kota dan daerah lain, keragaman ini tidak semata masalah ras saja. Keragaman keyakinan Agama yang tumbuh subur di Bogor justru menjadi warna dinamika tersendiri. Namun jika keragaman tersebut tidak didukung dengan kerukunan yang baik tentu bisa menimbulkan gejolak dan gesekan antar masyarakat. Disinilah nilai kebersamaan sosial Agama diperlukan untuk menjembatani hubungan antar Agama.
Atas dasar semangat itulah maka pada hari Minggu (2/08) lalu tercetus sebuah lembaga kerukunan sosial agama di kota Bogor. Enam tokoh Agama sepakat untuk mendirikan Badan Sosial Lintas Agama (BASOLIA) yang peresmiannya dilakukan di Gedung Auditorium II Badan Litbang Pertanian Cimanggu Bogor. Enam tokoh lintah agama tersebut masing-masing mewakili agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, Hindu dan Konghuchu. Dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Bogor Achmad Ru’yat di daulat untuk memukul gong peresmian BASOLIA. Ru’yat mengharapkan keberadaan BASOLIA tersebut bisa menjadi sarana forum persaudaraan dan kerjasama sosial.
Sejatinya BASOLIA sudah terbentuk sejak 2007 lalu. Beberapa kegiatan sosial sudah banyak mereka lakukan, seperti pengobatan gratis, seminar, khitanan massal, pelatihan manajemen bencana alam. Baru pada tahun 2009 inilah BASOLIA berkesempatan melalukan launching secara resmi. Menurut H. Zainal Abidin selaku ketua Presidium BASOLIA, sejak kongres pertama 3 maret 2007 telah disepakati untuk membentuk hal-hal yang bersifat keorganisasian seperti kepengurusan dan AD/ART. Visi yang diusung adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.
Keenam tokoh agama tersebut kemudian berikrar menyatakan sikap untuk memerangi segala bentuk kekerasan dan perilaku tak berperikemanusiaan. Dalam ikrar tersebut mereka melakukan penandatanganan kesepakatan yang disaksikan tokoh NU pencetus Basolia, KH Said Agil Siraj, Wakil walikota Bogor, Wakapolwil AKBP Soetikno, Dubes Kuwait untuk Indonesia Faisal Sulaiamn Ali Al Musaileem dan beberapa tokoh agama lainnya. Enam tokoh agama yang dimaksud adalah KH Zaenal Abidin dari agama Islam, Uskup Bogor Mgr Michael Cosmas Angkur dari unsur agama Katolik, Pendeta Krisna mewakili Kristen Protestan dari Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Jawa Barat, WS Eka Wijaya dari Konghuchu, Rafi Dharma Kumala dari agama Hindu dan tokoh Budha.
Sementara itu dalam sambutannya Said Agil Siraj menegaskan bahwa perbedaan keyakinan bukan untuk dipertentangkan, karena perbedaan untuk saling melengkapi demi kejayaan bangsa. Tidak ada agama dalam kekerasan, begitu juga sebaliknya tidak ada kekerasan dalam agama. Yang dikembangkan dalam agama itu pesan moral dan bukan spirit yang kebablasan.
Usai penandatanganan ikrar, Dorce Gamalama ikut meramaikan acara peresmian dengan aksinya memandu jalannya lelang lukisan yang ditujukan sebagai upaya donasi. Lukisan kuda karya pelukis minto tersebut berhasil dimenangkan dengan nilai nominal 25 juta. Selain Dorce, tampil juga gamelan bambu dari SMU Budi Mulia dan Sanggar Tari Bali.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar