Menghidupkan Budaya dan Apresiasi Film Pendek Di Bogor
Tontonan layar kaca (sinetron) dan layar lebar (film) di Indonesia akhir-akhir ini selalu menghadirkan tema monoton. Tema seragam itu muncul seiring dengan mampatnya kreatifitas, cenderung mengejar selera pasar dan tidak mendidik. Untuk itu tema-tema kreatif yang segar sepertinya sangat diperlukan. Hal itulah yang melatar belakangi Komunitas Film Bogor (KFB) menggelar “Bogor Festival Film Pendek Pelajar”. Sebuah upaya memunculkan dan menampilkan calon sineas-sineas muda dengan ide atau gagasan segarnya.
Keprihatinan tersebut diungkapkan Heroe Suhendro, koordinator KFB saat menggelar diskusi film di Kemuning Gading (27/3). Melalui kegiatan ini pihaknya berupaya untuk menciptakan iklim perfilm-an yang kondusif di Bogor. Diharapkan para pelajar dan generasi muda Bogor bisa memberikan apresiasi terhadap film-film pendek. Sampai saat ini, hasil festival tersebut menunjukkan bahwa apresiasi dan gagasan film pendek di Bogor masih rendah. Untuk itu kedepannya kegiatan ini akan dikemas dalam bentuk workshop yang akan bekerjasama dengan IKJ. Minimal me-workshop para peserta festival yang berhasil terjaring, yaitu sekitar 70 orang.
Saat ini dengan kemudahan berbagai teknologi sangat mudah dan murah untuk membuat film. Sebenarnya persoalan kemampuan teknis bukan masalah lagi bagi peminat film. Yang dibutuhkan saat ini adalah “Big Idea” atau gagasan besar. Banyak hal yang bisa diangkat dan ditampilkan.
Dalam diskusi film tersebut KFB menghadirkan Deddy Mizwar sebagai narasumber utama. Membuat film kini semakin murah, untuk itu yang dibutuhkan kemudian adalah kreatifitas. Jika pembuat filmnya kreatif, maka modal akan datang dengan sendirinya. Di era industri kreatif saat ini modal-lah yang mencari orang-orang kreatif. Kini jelaslah bahwa kreatifitas itu nomor satu. Deddy sendiri juga mengakui bahwa budaya festival film pendek saat ini sudah berlangsung diberbagai kota. Mereka berkelompok dan tergabung dalam komunitas film indie. Film-film tersebut banyak mengungkap gagasan-gagasan kreatif dan menarik.
Keprihatinan tersebut diungkapkan Heroe Suhendro, koordinator KFB saat menggelar diskusi film di Kemuning Gading (27/3). Melalui kegiatan ini pihaknya berupaya untuk menciptakan iklim perfilm-an yang kondusif di Bogor. Diharapkan para pelajar dan generasi muda Bogor bisa memberikan apresiasi terhadap film-film pendek. Sampai saat ini, hasil festival tersebut menunjukkan bahwa apresiasi dan gagasan film pendek di Bogor masih rendah. Untuk itu kedepannya kegiatan ini akan dikemas dalam bentuk workshop yang akan bekerjasama dengan IKJ. Minimal me-workshop para peserta festival yang berhasil terjaring, yaitu sekitar 70 orang.
Saat ini dengan kemudahan berbagai teknologi sangat mudah dan murah untuk membuat film. Sebenarnya persoalan kemampuan teknis bukan masalah lagi bagi peminat film. Yang dibutuhkan saat ini adalah “Big Idea” atau gagasan besar. Banyak hal yang bisa diangkat dan ditampilkan.
Dalam diskusi film tersebut KFB menghadirkan Deddy Mizwar sebagai narasumber utama. Membuat film kini semakin murah, untuk itu yang dibutuhkan kemudian adalah kreatifitas. Jika pembuat filmnya kreatif, maka modal akan datang dengan sendirinya. Di era industri kreatif saat ini modal-lah yang mencari orang-orang kreatif. Kini jelaslah bahwa kreatifitas itu nomor satu. Deddy sendiri juga mengakui bahwa budaya festival film pendek saat ini sudah berlangsung diberbagai kota. Mereka berkelompok dan tergabung dalam komunitas film indie. Film-film tersebut banyak mengungkap gagasan-gagasan kreatif dan menarik.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar