Pemutaran Film "Community Conversation on Climate Change"
Gekko Studio bersama Life Mosaic dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN melakukan pemutaran film perdana kerja mereka bersama berjudul "Community Conversation on Climate Change" di Kedai Telapak Bogor pada tanggal 30 Juni 2010, dimulai pada pukul 17:00 hingga 21:00 Wib.
Acara yang terbuka untuk kalangan masyarakat umun tersebut memutarkan film yang bercerita tentang berbagai kondisi dan kisah beberapa masyarakat lokal dibeberapa kawasan dunia tentang fenomena perubahan iklim yang sedang terjadi.
Berbagai kawasan tersebut adalah Kampar Riau, hutan Kalimantan, hutan Amazon, kaki gunung Rijani dan dataran tinggi Filipina. Berbagai kondisi perubahan lingkungan dan iklim terjadi dihadapan mata kita.
“Apa yang merupakan tanda-tanda alam dengan melihat bintang, dengan melihat pohon randu yang sudah berbunga, dengan mendengarkan suara jangkrik, dengan mendengarkan suara binatang kecil, itu tidak bisa dipakai lagi saat ini untuk menandakan kapan musim hujan, atau musim kemarau tiba .” ujar Romo Sukardi, Masyarakat adat, Lombok Utara.
“Bumi memanas, dunia dalam bahaya. Sumberdaya strategis di bumi ini semakin dihabisi. Manusia bukannya memikirkan cara memecahkan masalah ini. Manusia mengumpulkan kekuasaan, semakin cepat dan semakin cepat. Manusia akan menemukan ajalnya. Tapi kami tak ingin akhir itu datang. Kami ingin menjaga bumi. Kami mau bumi tetap ada untuk ribuan tahun lagi.” Ungkap Mario Santi, pemimpin masyarakat adat Kichwa, Amazon, Ecuador
Film yang bercerita tentang masyarakat adat yang menjaga hutan dengan pola hidup rendah karbon, tetapi mereka diminta paling bertanggung jawab dengan keberadaan hutan mereka. Disisi yang lain keberadaan dan kehidupan mereka juga terancam akan industri-industri nasional dan ultinasional pertambangan, migas dan industri bio diesel yang merubah bentuk dan rupa kawasan hutan yang selama ini mereka diami. Kehidupan terancam, seolah tidak ada tempat nyaman untuk hidup.
Acara yang terbuka untuk kalangan masyarakat umun tersebut memutarkan film yang bercerita tentang berbagai kondisi dan kisah beberapa masyarakat lokal dibeberapa kawasan dunia tentang fenomena perubahan iklim yang sedang terjadi.
Berbagai kawasan tersebut adalah Kampar Riau, hutan Kalimantan, hutan Amazon, kaki gunung Rijani dan dataran tinggi Filipina. Berbagai kondisi perubahan lingkungan dan iklim terjadi dihadapan mata kita.
“Apa yang merupakan tanda-tanda alam dengan melihat bintang, dengan melihat pohon randu yang sudah berbunga, dengan mendengarkan suara jangkrik, dengan mendengarkan suara binatang kecil, itu tidak bisa dipakai lagi saat ini untuk menandakan kapan musim hujan, atau musim kemarau tiba .” ujar Romo Sukardi, Masyarakat adat, Lombok Utara.
“Bumi memanas, dunia dalam bahaya. Sumberdaya strategis di bumi ini semakin dihabisi. Manusia bukannya memikirkan cara memecahkan masalah ini. Manusia mengumpulkan kekuasaan, semakin cepat dan semakin cepat. Manusia akan menemukan ajalnya. Tapi kami tak ingin akhir itu datang. Kami ingin menjaga bumi. Kami mau bumi tetap ada untuk ribuan tahun lagi.” Ungkap Mario Santi, pemimpin masyarakat adat Kichwa, Amazon, Ecuador
Film yang bercerita tentang masyarakat adat yang menjaga hutan dengan pola hidup rendah karbon, tetapi mereka diminta paling bertanggung jawab dengan keberadaan hutan mereka. Disisi yang lain keberadaan dan kehidupan mereka juga terancam akan industri-industri nasional dan ultinasional pertambangan, migas dan industri bio diesel yang merubah bentuk dan rupa kawasan hutan yang selama ini mereka diami. Kehidupan terancam, seolah tidak ada tempat nyaman untuk hidup.
Tautan halaman ini.
" />
0 komentar:
Posting Komentar