Relawan Australia Siap Dukung Gerakan Masyarakat Adat Nusantara
Bogor, 27 Agustus 2010
Empat relawan Australian Volunteer International (AVI) bersama Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN terlibat kegiatan diskusi terbatas membicarakan berbagai situasi politik yang berkembang akan gerakan masyarakat adat di berbagai wilayah Indonesia yang hingga kini masih belum mendapatkan pengakuan dari Negara dan terus mendapat pelanggaran HAM.
Kegiatan yang bertujuan membekali relawan akan kondisi dan situasi politik yang sedang berkembang di Indonesia ini berlangsung di kantor AVI Bendungan Asahan II, Benhil Jakarta Pusat pada Kamis, 26/08 lalu .
Hadir Radin Syarif, staff PB Aman dan Nifron Ba'un sebagai narasumber yang menceritakan situasi gerakan masyarakat adat di Indonesia, bahkan belum mendapatkan pengakuan dari negara. Di berbagai wilayah masyarakat adat Indonesia masih terjadi pelanggaran dan diskriminasi akan hak-hak masyarakat adat.
Narasumber kedua Nifron Ba'un menceritakan perjuangan dan perlawanan Komunitas Mollo di Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur melawan pertambangan batu marmer yang berada di dalam wilayah adat.
Putra dari Suku Atoin Metto ini menjelaskan bahwa perusahaan telah merusak Nausus (Gunung Batu) yang merupakan tempat sakral bagi komunitasnya. Sampai kapanpun dan bagaimanapun warisan leluhur ini akan mereka pertahankan.
AMAN lahir sebagai wadah perjuangan masyarakat adat mendapatkan hak-haknya untuk menegakkan keadilan, kedaulatan, kemandirian, kemartabatan serta kemakmuran bangsa. Organisasi ini beranggotakan komunitas-komunitas adat diseluruh pelosok nusantara. Didirikan pada konggres masyarakat adat nusantara yang pertama pada Maret 1999 di Jakarta.
Para relawan baru ini sangat tertarik dengan materi yang disampaikan. Bent Hegarty, salah satu relawan AVI, mengatakan bahwa informasi tentang kondisi masyarakat adat di Indonesia merupakan pengetahuan baru bagi mereka. "Orang Australia lebih banyak mendengar tentang terorisme di Indonesia, sedikit tau informasi tentang masyarakat adat" kata Bent.
Beberapa relawan ini akan "bekerja" di tempat yang berbeda. Kota-kota tersebut adalah Kota Padang , Ubud Bali dan Jakarta . Beberapa bidang yang akan menjadi konsentrasi mereka adalah bidang pendidikan, kesehatan, pemerintahan serta isu gender.
AVI yang berpusat di Melboerne Australia ini adalah lembaga atau organisasi relawan mempunyai tujuan "dunia yang adil dan damai serta berkelanjutan; terbukanya akses masyarakat terhadap sumberdaya yang mereka butuhkan; hak dan partisipasi dalam memutuskan pembangunan".
Bekerja sama dengan AusAID dan pemerintahan Australia, AVI bekerja dengan mempioritaskan pada pengembangan Tata Pemerintahan yang baik; Partisipasi masyarakat; Kesehatan; Pendidikan dan Keberlanjutan.
Perjuangan masyarakat adat terus berlanjut di berbagai wilayah belahan dunia. Selain Indonesia, berbagai perjuangan hak masyarakat adat juga tengah terjadi di Australia. Sekitar 10.000 masyarakat adat Aborigin di Timur laut Queensland berhasil mendapatkan status atau pengakuan atas tanah dan wilayah mereka. Sekarang mereka tengah memperjuangkan akses akan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah adat mereka sendiri.
Di kawasan Queensland, terdapat pertambangan bauksit yang diperkirakan dapat menciptakan ratusan pekerjaan dan memberikan royaliti hingga $ 1,7 juta per tahun untuk masyarakat lokal.
Pengelolaan sumberdaya alam yang adil masih menjadi perdebatan sengit dan menimbulkan konflik serta korban jiwa dan kerusakan lingkungan. Pengembangan industri diwajibkan tidak berlawanan dengan prinsip-prinsip konservasi (pelestarian lingkungan).
Pengelolaan dan penguasaan sumber daya alam sumberdaya alam idealnya juga mengedepankan prinsip keadilan dan keberlanjutan. (Ars/agk)
Empat relawan Australian Volunteer International (AVI) bersama Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN terlibat kegiatan diskusi terbatas membicarakan berbagai situasi politik yang berkembang akan gerakan masyarakat adat di berbagai wilayah Indonesia yang hingga kini masih belum mendapatkan pengakuan dari Negara dan terus mendapat pelanggaran HAM.
Kegiatan yang bertujuan membekali relawan akan kondisi dan situasi politik yang sedang berkembang di Indonesia ini berlangsung di kantor AVI Bendungan Asahan II, Benhil Jakarta Pusat pada Kamis, 26/08 lalu .
Hadir Radin Syarif, staff PB Aman dan Nifron Ba'un sebagai narasumber yang menceritakan situasi gerakan masyarakat adat di Indonesia, bahkan belum mendapatkan pengakuan dari negara. Di berbagai wilayah masyarakat adat Indonesia masih terjadi pelanggaran dan diskriminasi akan hak-hak masyarakat adat.
Narasumber kedua Nifron Ba'un menceritakan perjuangan dan perlawanan Komunitas Mollo di Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur melawan pertambangan batu marmer yang berada di dalam wilayah adat.
Putra dari Suku Atoin Metto ini menjelaskan bahwa perusahaan telah merusak Nausus (Gunung Batu) yang merupakan tempat sakral bagi komunitasnya. Sampai kapanpun dan bagaimanapun warisan leluhur ini akan mereka pertahankan.
AMAN lahir sebagai wadah perjuangan masyarakat adat mendapatkan hak-haknya untuk menegakkan keadilan, kedaulatan, kemandirian, kemartabatan serta kemakmuran bangsa. Organisasi ini beranggotakan komunitas-komunitas adat diseluruh pelosok nusantara. Didirikan pada konggres masyarakat adat nusantara yang pertama pada Maret 1999 di Jakarta.
Para relawan baru ini sangat tertarik dengan materi yang disampaikan. Bent Hegarty, salah satu relawan AVI, mengatakan bahwa informasi tentang kondisi masyarakat adat di Indonesia merupakan pengetahuan baru bagi mereka. "Orang Australia lebih banyak mendengar tentang terorisme di Indonesia, sedikit tau informasi tentang masyarakat adat" kata Bent.
Beberapa relawan ini akan "bekerja" di tempat yang berbeda. Kota-kota tersebut adalah Kota Padang , Ubud Bali dan Jakarta . Beberapa bidang yang akan menjadi konsentrasi mereka adalah bidang pendidikan, kesehatan, pemerintahan serta isu gender.
AVI yang berpusat di Melboerne Australia ini adalah lembaga atau organisasi relawan mempunyai tujuan "dunia yang adil dan damai serta berkelanjutan; terbukanya akses masyarakat terhadap sumberdaya yang mereka butuhkan; hak dan partisipasi dalam memutuskan pembangunan".
Bekerja sama dengan AusAID dan pemerintahan Australia, AVI bekerja dengan mempioritaskan pada pengembangan Tata Pemerintahan yang baik; Partisipasi masyarakat; Kesehatan; Pendidikan dan Keberlanjutan.
Perjuangan masyarakat adat terus berlanjut di berbagai wilayah belahan dunia. Selain Indonesia, berbagai perjuangan hak masyarakat adat juga tengah terjadi di Australia. Sekitar 10.000 masyarakat adat Aborigin di Timur laut Queensland berhasil mendapatkan status atau pengakuan atas tanah dan wilayah mereka. Sekarang mereka tengah memperjuangkan akses akan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah adat mereka sendiri.
Di kawasan Queensland, terdapat pertambangan bauksit yang diperkirakan dapat menciptakan ratusan pekerjaan dan memberikan royaliti hingga $ 1,7 juta per tahun untuk masyarakat lokal.
Pengelolaan sumberdaya alam yang adil masih menjadi perdebatan sengit dan menimbulkan konflik serta korban jiwa dan kerusakan lingkungan. Pengembangan industri diwajibkan tidak berlawanan dengan prinsip-prinsip konservasi (pelestarian lingkungan).
Pengelolaan dan penguasaan sumber daya alam sumberdaya alam idealnya juga mengedepankan prinsip keadilan dan keberlanjutan. (Ars/agk)
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar