Meriam Blecon Sambut Idul Fitri di Cisarua
Cisarua|Kotahujan.com-Sudah menjadi agenda tahunan masyarakat di Cisarua, bahwa setiap Ramadhan dan Idul Fitri mereka memiliki tradisi unik di Lembah Cisarua. Pada setiap bulan Ramadhan dan Idul Fitri, kawasan ini menjadi arena peledakan meriam blecon.
Adanya dua lembah yang memisahkan dua kampung, yaitu Kampung Baru dan Kampung Paragajan. Membuat posisi saling berhadapan, posisi yang pas untuk perang meriam blecon.
Seperti halnya pada Kamis(2/9)sore lalu. Aspin, tokoh warga Kampung Paragajan menyambangi kampung Baru guna melihat kondisi persiapan saudaranya yang ada diseberang lembah. Ia melihat persiapan pembuatan meriam blecon untuk Idul Fitri nanti. Sebanyak 20 meriam blecon dipersiapkan warga Kampung Baru.
Para warga Kampung Baru, mulai dari yang tua sampai yang muda bekerja bergantian membuat lubang pada batang Pohon Pakis. Diameter lubang meriam blecon berkisar 15 hingga 17 cm dengan panjang meriam 2,5 hingga 3 meter. Setelah membentuk lubang, akar pohon pisang dipersiapkan untuk menahan belakang meriam. Meriam tersebut menggunakan karbit sebagai sumbu ledaknya.
Menurut Sukarma, warga Kampung Baru Cisarua yang ditemui saat mempersiapkan lubang di batang pohon pakis yang sudah dipotong. Ia mengatakan 1 kg karbit dapat meledakkan meriam sekitar 12 - 15 kali ledakan. Rencananya akan dipersiapkan 80 kg sampai 1 kuintal karbit untuk 20 meriam Kampung Baru tersebut.
Tak sabar mendengar bunyi meriam menggema di seantero lembah Cisarua yang bersahut-sahutan dari sisi satu dan sisi lainnya. Dahulu tidak hanya Kampung Baru dan Kampung Paragajan saja yang menggelar tradisi peledakan meriam blecon. Beberapa kampung disekitarnya seperti kampung Kongsi juga melakukan hal yang sama. Hanya saja saat ini kebiasaan tersebut sudah jarang mereka lakukan karena pohon pakis yang tersedia tidak banyak lagi. Pohon pakis merupakan bahan utama pembuatan meriam belecon.
Bahan baku pohon Pakis yang semakin terbatas sebenarnya berpotensi membuat pohon tersebut menjadi tanaman yang langka di masyarakat Cisarua. Meski demikian ini bukan berarti tradisi meriam blecon yang dipersalahkan. Meriam tersebut bisa diganti dengan pipa PVC atau paralon. Seperti halnya yang dilakukan Taman Safari yang menggunakan meriam berbahan dasar pvc/paralon untuk membangunkan binatangnya, saat dikunjungi pengunjung "Safari Night".
Tradisi menyambut kemeriahan dan kebersamaanIdul Fitri dengan meriam blecon, menjadi tradisi khas masyarakat Cisarua khususnya di dua kampung tersebut. Belum terdapat informasi mendalam tentang sejarah dan relevansi blecon dengan perayaan penyambutan Idul Fitri yang sudah ada sejak 40 tahun lalu di Cisarua ini.
Adanya dua lembah yang memisahkan dua kampung, yaitu Kampung Baru dan Kampung Paragajan. Membuat posisi saling berhadapan, posisi yang pas untuk perang meriam blecon.
Seperti halnya pada Kamis(2/9)sore lalu. Aspin, tokoh warga Kampung Paragajan menyambangi kampung Baru guna melihat kondisi persiapan saudaranya yang ada diseberang lembah. Ia melihat persiapan pembuatan meriam blecon untuk Idul Fitri nanti. Sebanyak 20 meriam blecon dipersiapkan warga Kampung Baru.
Para warga Kampung Baru, mulai dari yang tua sampai yang muda bekerja bergantian membuat lubang pada batang Pohon Pakis. Diameter lubang meriam blecon berkisar 15 hingga 17 cm dengan panjang meriam 2,5 hingga 3 meter. Setelah membentuk lubang, akar pohon pisang dipersiapkan untuk menahan belakang meriam. Meriam tersebut menggunakan karbit sebagai sumbu ledaknya.
Menurut Sukarma, warga Kampung Baru Cisarua yang ditemui saat mempersiapkan lubang di batang pohon pakis yang sudah dipotong. Ia mengatakan 1 kg karbit dapat meledakkan meriam sekitar 12 - 15 kali ledakan. Rencananya akan dipersiapkan 80 kg sampai 1 kuintal karbit untuk 20 meriam Kampung Baru tersebut.
Tak sabar mendengar bunyi meriam menggema di seantero lembah Cisarua yang bersahut-sahutan dari sisi satu dan sisi lainnya. Dahulu tidak hanya Kampung Baru dan Kampung Paragajan saja yang menggelar tradisi peledakan meriam blecon. Beberapa kampung disekitarnya seperti kampung Kongsi juga melakukan hal yang sama. Hanya saja saat ini kebiasaan tersebut sudah jarang mereka lakukan karena pohon pakis yang tersedia tidak banyak lagi. Pohon pakis merupakan bahan utama pembuatan meriam belecon.
Bahan baku pohon Pakis yang semakin terbatas sebenarnya berpotensi membuat pohon tersebut menjadi tanaman yang langka di masyarakat Cisarua. Meski demikian ini bukan berarti tradisi meriam blecon yang dipersalahkan. Meriam tersebut bisa diganti dengan pipa PVC atau paralon. Seperti halnya yang dilakukan Taman Safari yang menggunakan meriam berbahan dasar pvc/paralon untuk membangunkan binatangnya, saat dikunjungi pengunjung "Safari Night".
Tradisi menyambut kemeriahan dan kebersamaanIdul Fitri dengan meriam blecon, menjadi tradisi khas masyarakat Cisarua khususnya di dua kampung tersebut. Belum terdapat informasi mendalam tentang sejarah dan relevansi blecon dengan perayaan penyambutan Idul Fitri yang sudah ada sejak 40 tahun lalu di Cisarua ini.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar