Tradisi 'Parebut Seeng' Nyaris Susah Ditemui di Bogor
Pasir Eurih|Kotahujan.com-Mengulas seni dan budaya nusantara tidak lengkap jika tidak mengaitkan Pencak Silat sebagai salah satu ragamnya. Hampir disetiap daerah memiliki Pencak Silat yang khas. Seni beladiri ini sudah sedemikian merasuk dalam jiwa masyarakat Indonesia, terlebih lagi pada mereka yang benar-benar paham khasanah budaya bangsa. Sayangnya popularitas Pencak Silat saat ini seakan menjadi anak tiri di negeri sendiri. Minat generasi muda menekuni silat semakin sedikit, kalah dengan jenis olahraga populer lain. Untungnya tidak semua daerah menunjukkan tren yang sama. Di Jawa Barat dan Bogor khususnya, Pencak Silat masih dihargai dan dilibatkan dalam berbagai atraksi budaya. Bahkan salah satu bentuk tradisi yang lama tak muncul kini mulai terlihat kembali, yaitu 'Adu Jaten' Parebut Seeng.
Seeng dalam bahasa sunda berarti tempat masak (dandang) yang terbuat dari logam. Seeng manjadi barang yang harus diperebutkan oleh Jawara saat adu jaten. Parebut Seeng menampilkan gerakan silat turunan dari Silat Cimande. Tradisi ini pernah hidup pada setiap acara hajatan pernikahan, dimana pihak mempelai wanita harus menyediakan Seeng. Kemudian Jawara pihak mempelai pria akan merebut Seeng tersebut dari Jawara mempelai wanita.
“Jaman dulu jika ada pihak yang berbesanan harus menghadirkan Jawara untuk adu jaten parebut Seeng”, papar Agus Ihat Susanto (57), praktisi Silat desa Pasir Eurih.
Meski tak populer lagi ditampilkan di acara hajatan besanan, Parebut Seeng masih bisa disaksikan di setiap acara puncak Serentaun Guru Bumi, kampung Budaya Sindangbarang, desa Pasir Eurih kecamatan Tamansari kabupaten Bogor. Seperti terlihat pada Serentaun tahun ini, Parebut Seeng kembali ditampilkan oleh Padepokan Silat Gugah Waraga Pasir Eurih. Upaya pelestarian yang dilakukan melalui event budaya tahunan ini menjadi sarana memperkenalkan kembali budaya silat agar tak pupus oleh jaman.
“Alhamdulillah sejak diadakan pertama sampai saat ini, Parebut Seeng ada terus. Orang Bogor jadi kenal dan pada tahu”, tambah Agus.
Keberadaan Kampung Budaya Sindangbarang dengan semangat pelestarian budaya sunda menjadi celah bagaimana budaya yang tersisa itu muncul kembali. Harapan yang tidak hanya diungkapkan para praktisinya, tetapi juga oleh sebagian besar masyarakat.
“Masyarakat sekarang sudah mulai sadar bahwa budayanya harus diangkat bersama, tidak bisa sendiri-sendiri. Budaya sunda akan tetap kita lakukan, Parebut Seeng ini sudah ketiga kalinya diadakan”, Ungkap Maki Sumawijaya, Pupuhu Kampung Budaya Sindangbarang.
Seeng dalam bahasa sunda berarti tempat masak (dandang) yang terbuat dari logam. Seeng manjadi barang yang harus diperebutkan oleh Jawara saat adu jaten. Parebut Seeng menampilkan gerakan silat turunan dari Silat Cimande. Tradisi ini pernah hidup pada setiap acara hajatan pernikahan, dimana pihak mempelai wanita harus menyediakan Seeng. Kemudian Jawara pihak mempelai pria akan merebut Seeng tersebut dari Jawara mempelai wanita.
“Jaman dulu jika ada pihak yang berbesanan harus menghadirkan Jawara untuk adu jaten parebut Seeng”, papar Agus Ihat Susanto (57), praktisi Silat desa Pasir Eurih.
Meski tak populer lagi ditampilkan di acara hajatan besanan, Parebut Seeng masih bisa disaksikan di setiap acara puncak Serentaun Guru Bumi, kampung Budaya Sindangbarang, desa Pasir Eurih kecamatan Tamansari kabupaten Bogor. Seperti terlihat pada Serentaun tahun ini, Parebut Seeng kembali ditampilkan oleh Padepokan Silat Gugah Waraga Pasir Eurih. Upaya pelestarian yang dilakukan melalui event budaya tahunan ini menjadi sarana memperkenalkan kembali budaya silat agar tak pupus oleh jaman.
“Alhamdulillah sejak diadakan pertama sampai saat ini, Parebut Seeng ada terus. Orang Bogor jadi kenal dan pada tahu”, tambah Agus.
Keberadaan Kampung Budaya Sindangbarang dengan semangat pelestarian budaya sunda menjadi celah bagaimana budaya yang tersisa itu muncul kembali. Harapan yang tidak hanya diungkapkan para praktisinya, tetapi juga oleh sebagian besar masyarakat.
“Masyarakat sekarang sudah mulai sadar bahwa budayanya harus diangkat bersama, tidak bisa sendiri-sendiri. Budaya sunda akan tetap kita lakukan, Parebut Seeng ini sudah ketiga kalinya diadakan”, Ungkap Maki Sumawijaya, Pupuhu Kampung Budaya Sindangbarang.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar