Waspada, Potensi Bencana Air di Depan Mata
Katulampa|Kotahujan.com-Memasuki Februari tahun ini, warga sepanjang aliran sungai Ciliwung baik di Bogor, Depok hingga Jakarta harus waspada. Berdasarkan pengalaman di bulan yang sama tahun lalu banjir besar melanda kawasan sekitar Ciliwung.
"Setelah pada bulan Februari 2010 lalu banjir besar melanda kawasan Jakarta, diperkirakan bulan Februari 2011 ini kondisinya tidak berbeda jauh dengan tahun 2010 lalu", papar Andi Sudirman penjaga Bendungan Katulampa Bogor.
Peluang banjir tahun ini bisa jadi lebih parah dari tahun sebelumnya, pasalnya tidak ada perbaikan dan pemulihan lingkungan disekitar sungai Ciliwung. Khususnya perawatan di saluran drainase dan usaha penertiban bangunan yang berdirikan dibantaran sungai, termasuk penindakan hukumnya. Andi Sudirman mencontohkan penyempitan sungai di sekitar mall Jambu Dua Bogor dan mall Tajur Bogor yang hingga kini pembangunannya terus dilakukan diam-diam, meski Pemkot telah menyegel pembangunannya beberapa tahun lalu.
Meskipun 60 % lebih air Cilwung telah dialirkan ke saluran irigasi melalui pintu bendungan Katulampa untuk air baku kawasan Bogor dan sebagian kawasan Jakarta Timur. Kondisi ini tidak cukup untuk mengurangi banjir Jakarta. Pemicu banjir di Jakarta, selain dari curah hujan tinggi (lebih dari 3 jam) di kawasan puncak, daerah tangkapan air sungai Ciliwung. Juga karena hujan merata dikawasan Kota Bogor dan kawasan Jakarta. Termasuk hujan dipesisir Jakarta Utara yang mengakibatkan banjir rob (banjir karena masuknya air laut ke darat).
Air baku adalah air yang digunakan untuk mengairi areal persawahan, air bahan baku produksi pabrik-pabrik disepanjang aliran irigasi dan air yang mengairi sumur-sumur masyarakat di kawasan Kota Bogor, Kabupaten Bogor, hingga kawasan Jakarta Timur. Perlu diketahui juga bahwa, PDAM Kota dan Kabupaten Bogor juga menggunakan bahan baku air dari sungai Ciliwung.
Selain hal tersebut diatas Andi juga menerangkan bahwa beberapa peralatan sensor Pintu Bendungan Katulampa Bogor rusak dan hilang saat banjir besar Februari 2010. Hingga kini beberapa peralatan tersebut belum diperbaiki dan diganti.
Peralatan sensor tersebut diantaranya camera CCTV yang menampilkan citra permukaan air sungai Ciliwung dari PT Telkom yang tersambar petir. Selain itu peralatan sensor ketinggian air yang dapat dipancarkan melalui satelit ke Balai Besar Pengelolaan Sumber Daya Air di Cawang juga hilang hanyut terbawa air saat banjir besar. Beberapa instalasi penerangan di sekitar Pintu bendungan Katulampa pun turut rusak tersambar petir, baru tiga lampu penerangan yang diperbaiki.
Pintu Bendungan Katulampa memiliki indikator ukuran untuk mengetahui kondisi ketinggian air sungai Ciliwunng. Kondisi Normal ditunjukkan dengan ketinggian air 70 CM, ketinggian 80 CM siaga 4, ketinggian 90 CM siaga 3 dan ketinggian 200 siaga 2, diatas 200 merupakan siaga 1. Saat banjir besar Februari 2010 lalu ketinggian bendungan Katulampa mencapai 250 CM. Biasanya Andi ditemani Hadi asistennya melakukan pencatatan berkala ketinggian air.
Pintu Bendungan Katulampa juga terdapat beberapa jalur komunikasi langsung dengan pesawat komunikasi radio. Diantaranya dengan Pintu Bendung Cawang, PU Jakarta dan RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Jika masyarakat ingin menanyakan langsung tentang ketinggian air, bisa akses langsung ke no 0251-824-40-63.
Andi juga menyayangkan tidak adanya perubahan yang berarti memperbaiki kondisi ini. Ia menceritakan dulu tahun 1997 kecepatan air sungai tidak seperti sekarang ini. Kini jika terjadi hujan di kawasan puncak dengan curah hujan tinggi, air mengalir dengan kecepatan tinggi dan dalam perjalannya air Ciliwung ditambah dengan hujan dikawasan kota Bogor dan sekitarnya. Maka kondisi ini menimbulkan peluang banjir di Jakarta. Belum lagi alih fungsi lahan yang mengurangi kawasan resapan air dengan adanya pengembangan kawasan bantaran dengan turap beton ditengarai menjadi pemicu bertambahnya kecepatan aliran air sungai.
Dipastikan beberapa tahun kedepan Jakarta dan kawasan tengah sungai Ciliwung akan mengalami krisis air tanah. Kawasan tangkapan air didaerah hulu dan area Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Jakarta telah berubah menjadi hunian beton hingga kebantaran sungai. Tata ruang yang idealnya bisa mengatur hal ini, seolah diabaikan oleh semua pihak.
Padahal pemerintah telah menetapkan beberapa undang-undang yang memberikan perlindungan sumberdaya air tersebut. Diantaranya UU Sumberdaya Air, UU Lingkungan Hidup, UU Tataruang, serta peraturan turunun dari Peraturan Presiden, Keputusan Menteri hingga Peraturan Daerah. Sayangnya beberapa aturan daerah turunan UU tersebut tidak menjadikan lingkungan dan perlakuan masyarakat menjadi lebih baik, cenderung mengenaskan.
Perlu upaya serius dari berbagai elemen mayarakat untuk bersama memperbaiki kondisi sungai Ciliwung. Minimal masyarakat dipersiapkan jika pada masanya kesulitan memperoleh dan mengakses air bersih. Bencana kekeringan dan banjir sudah didepan mata.
"Setelah pada bulan Februari 2010 lalu banjir besar melanda kawasan Jakarta, diperkirakan bulan Februari 2011 ini kondisinya tidak berbeda jauh dengan tahun 2010 lalu", papar Andi Sudirman penjaga Bendungan Katulampa Bogor.
Peluang banjir tahun ini bisa jadi lebih parah dari tahun sebelumnya, pasalnya tidak ada perbaikan dan pemulihan lingkungan disekitar sungai Ciliwung. Khususnya perawatan di saluran drainase dan usaha penertiban bangunan yang berdirikan dibantaran sungai, termasuk penindakan hukumnya. Andi Sudirman mencontohkan penyempitan sungai di sekitar mall Jambu Dua Bogor dan mall Tajur Bogor yang hingga kini pembangunannya terus dilakukan diam-diam, meski Pemkot telah menyegel pembangunannya beberapa tahun lalu.
Meskipun 60 % lebih air Cilwung telah dialirkan ke saluran irigasi melalui pintu bendungan Katulampa untuk air baku kawasan Bogor dan sebagian kawasan Jakarta Timur. Kondisi ini tidak cukup untuk mengurangi banjir Jakarta. Pemicu banjir di Jakarta, selain dari curah hujan tinggi (lebih dari 3 jam) di kawasan puncak, daerah tangkapan air sungai Ciliwung. Juga karena hujan merata dikawasan Kota Bogor dan kawasan Jakarta. Termasuk hujan dipesisir Jakarta Utara yang mengakibatkan banjir rob (banjir karena masuknya air laut ke darat).
Air baku adalah air yang digunakan untuk mengairi areal persawahan, air bahan baku produksi pabrik-pabrik disepanjang aliran irigasi dan air yang mengairi sumur-sumur masyarakat di kawasan Kota Bogor, Kabupaten Bogor, hingga kawasan Jakarta Timur. Perlu diketahui juga bahwa, PDAM Kota dan Kabupaten Bogor juga menggunakan bahan baku air dari sungai Ciliwung.
Selain hal tersebut diatas Andi juga menerangkan bahwa beberapa peralatan sensor Pintu Bendungan Katulampa Bogor rusak dan hilang saat banjir besar Februari 2010. Hingga kini beberapa peralatan tersebut belum diperbaiki dan diganti.
Peralatan sensor tersebut diantaranya camera CCTV yang menampilkan citra permukaan air sungai Ciliwung dari PT Telkom yang tersambar petir. Selain itu peralatan sensor ketinggian air yang dapat dipancarkan melalui satelit ke Balai Besar Pengelolaan Sumber Daya Air di Cawang juga hilang hanyut terbawa air saat banjir besar. Beberapa instalasi penerangan di sekitar Pintu bendungan Katulampa pun turut rusak tersambar petir, baru tiga lampu penerangan yang diperbaiki.
Pintu Bendungan Katulampa memiliki indikator ukuran untuk mengetahui kondisi ketinggian air sungai Ciliwunng. Kondisi Normal ditunjukkan dengan ketinggian air 70 CM, ketinggian 80 CM siaga 4, ketinggian 90 CM siaga 3 dan ketinggian 200 siaga 2, diatas 200 merupakan siaga 1. Saat banjir besar Februari 2010 lalu ketinggian bendungan Katulampa mencapai 250 CM. Biasanya Andi ditemani Hadi asistennya melakukan pencatatan berkala ketinggian air.
Pintu Bendungan Katulampa juga terdapat beberapa jalur komunikasi langsung dengan pesawat komunikasi radio. Diantaranya dengan Pintu Bendung Cawang, PU Jakarta dan RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Jika masyarakat ingin menanyakan langsung tentang ketinggian air, bisa akses langsung ke no 0251-824-40-63.
Andi juga menyayangkan tidak adanya perubahan yang berarti memperbaiki kondisi ini. Ia menceritakan dulu tahun 1997 kecepatan air sungai tidak seperti sekarang ini. Kini jika terjadi hujan di kawasan puncak dengan curah hujan tinggi, air mengalir dengan kecepatan tinggi dan dalam perjalannya air Ciliwung ditambah dengan hujan dikawasan kota Bogor dan sekitarnya. Maka kondisi ini menimbulkan peluang banjir di Jakarta. Belum lagi alih fungsi lahan yang mengurangi kawasan resapan air dengan adanya pengembangan kawasan bantaran dengan turap beton ditengarai menjadi pemicu bertambahnya kecepatan aliran air sungai.
Dipastikan beberapa tahun kedepan Jakarta dan kawasan tengah sungai Ciliwung akan mengalami krisis air tanah. Kawasan tangkapan air didaerah hulu dan area Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Jakarta telah berubah menjadi hunian beton hingga kebantaran sungai. Tata ruang yang idealnya bisa mengatur hal ini, seolah diabaikan oleh semua pihak.
Padahal pemerintah telah menetapkan beberapa undang-undang yang memberikan perlindungan sumberdaya air tersebut. Diantaranya UU Sumberdaya Air, UU Lingkungan Hidup, UU Tataruang, serta peraturan turunun dari Peraturan Presiden, Keputusan Menteri hingga Peraturan Daerah. Sayangnya beberapa aturan daerah turunan UU tersebut tidak menjadikan lingkungan dan perlakuan masyarakat menjadi lebih baik, cenderung mengenaskan.
Perlu upaya serius dari berbagai elemen mayarakat untuk bersama memperbaiki kondisi sungai Ciliwung. Minimal masyarakat dipersiapkan jika pada masanya kesulitan memperoleh dan mengakses air bersih. Bencana kekeringan dan banjir sudah didepan mata.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar