Kesulitan Air Bersih di Lingkungan Kampus
Dramaga|Kotahujan.com-Mendapatkan air bersih di zaman seperti ini tidaklah mudah. Tidak hanya di perkotaan saja, kelangkaan air bersih juga mulai melanda daerah kabupaten. Daerah Dramaga Bogor misalnya, berkuarangnya keberadaan air bersih di wilayah ini , terkait dengan semakin tinggi penduduk yang bermukin di kawasan ini. Kepadatan penduduk di wilayah Dramaga khususnya di daerah Babakan Tengah dimulai pada tahun 1980. Di mana pada tahun tersebut rumah-rumah di daerah tersebut mulai beralih fungsi sebagai tempat kost mahasiswa IPB Kampus Dramaga.
Selain jumlah penduduk yang padat, ketersediaan air bersih di wilayah ini juga dipengaruhi oleh ketidak teraturan pembangunan kawasan pemukiman, akses jalan, dan pengangkutan sampah. Keadaan ini menyebabkan penurunan kualitas air, baik air bersih (air tanah) maupun air limbah. Kualitas air yang kian buruk inilah yang memicu timbulnya berbagai macam penyakit seperti diare, tifus, dan hepatitis yang akrab di kalangan mahasiswa.
Jarak antara septic tank dengan sumur air yang tak semestinya membuat, masyarakat enggan untuk mengonsumsi air tanah, terutama sebagai kebutuhan air minum. Jarak antara septic tank sumber air baiknya antara 10-12 meter. Jika jarak septic tank ini terlalu dekat maka kondisi septic tank tidak normal, kotoran bisa merembes sehingga dapat mencemari air bersih.
“Jarak septic tank di kosan saya hanya 5 meter dari sumber air,saya jadi enggan untuk menggunakan air sumur untuk kebutuhan air minum”, tutur Hendra mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB semester 8.
Kualitas air yang buruk ini membuat, masyarkat begitu juga mahasiswa harus rela mengeluarkan dana ekstra untuk membeli air dalam kemasan, agar dapat dikonsumsi.
Menurut Panji, mahasiswa yang tingal di Babakan tengah, mengakui akan kebutuhan air besih di sekitar tempat tinggalnya sangat kurang. Dalam memenuhi kebutuhan air bersih, terlebih air yang dikonsumsi sebagai air minum, panji besarta temannya membeli air minum dalam kemasan. Ia juga menambahkan, kodisi pemukiman yang padat di daerahnya membuat di beserta teman-temannya enggan mengkonsumsi air tanah untuk memenuhi kebutuhan air minum mereka.
Dari kutipan hasil penelitian Hadhianti Efran tahun 2001, total bahan kontaminan yang terdapat dalam air sumur di daerah Babakan raya sebesar 7,71 Kg/hari dan di Babakan Tengah sebesar 6,68 kg/hari. Sedangkan untuk total bahan kontaminan dalam air limbah, pada daerah Babakan raya sebesar 37,59 kg.hari dan Babakan Tengah 33,45 kg/hari. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi kualitas air di wilayah Dramaga seiring terus bertambanya jumlah penduduk di daerah ini?
Selain jumlah penduduk yang padat, ketersediaan air bersih di wilayah ini juga dipengaruhi oleh ketidak teraturan pembangunan kawasan pemukiman, akses jalan, dan pengangkutan sampah. Keadaan ini menyebabkan penurunan kualitas air, baik air bersih (air tanah) maupun air limbah. Kualitas air yang kian buruk inilah yang memicu timbulnya berbagai macam penyakit seperti diare, tifus, dan hepatitis yang akrab di kalangan mahasiswa.
Jarak antara septic tank dengan sumur air yang tak semestinya membuat, masyarakat enggan untuk mengonsumsi air tanah, terutama sebagai kebutuhan air minum. Jarak antara septic tank sumber air baiknya antara 10-12 meter. Jika jarak septic tank ini terlalu dekat maka kondisi septic tank tidak normal, kotoran bisa merembes sehingga dapat mencemari air bersih.
“Jarak septic tank di kosan saya hanya 5 meter dari sumber air,saya jadi enggan untuk menggunakan air sumur untuk kebutuhan air minum”, tutur Hendra mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB semester 8.
Kualitas air yang buruk ini membuat, masyarkat begitu juga mahasiswa harus rela mengeluarkan dana ekstra untuk membeli air dalam kemasan, agar dapat dikonsumsi.
Menurut Panji, mahasiswa yang tingal di Babakan tengah, mengakui akan kebutuhan air besih di sekitar tempat tinggalnya sangat kurang. Dalam memenuhi kebutuhan air bersih, terlebih air yang dikonsumsi sebagai air minum, panji besarta temannya membeli air minum dalam kemasan. Ia juga menambahkan, kodisi pemukiman yang padat di daerahnya membuat di beserta teman-temannya enggan mengkonsumsi air tanah untuk memenuhi kebutuhan air minum mereka.
Dari kutipan hasil penelitian Hadhianti Efran tahun 2001, total bahan kontaminan yang terdapat dalam air sumur di daerah Babakan raya sebesar 7,71 Kg/hari dan di Babakan Tengah sebesar 6,68 kg/hari. Sedangkan untuk total bahan kontaminan dalam air limbah, pada daerah Babakan raya sebesar 37,59 kg.hari dan Babakan Tengah 33,45 kg/hari. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi kualitas air di wilayah Dramaga seiring terus bertambanya jumlah penduduk di daerah ini?
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar