Mencari Benih Toleran Terhadap Perubahan Iklim
Indramayu|Kotahujan.com-Informasi iklim yang sifatnya berlaku secara nasional, menjadi kendala bagi petani daerah untuk diandalkan. Kondisi ini dilandasi perubahan iklim yang cepat dan kadang tak sesuai dengan perkiraan yang disampaikan sebelumnya. Faktanya petani menggantungkan sebagian hidupnya pada alam, perubahan iklim yang kian tak menentu berakibat bergesernya musim tanam yang rentan terjadinya gagal panen. Petani pun tak tinggal diam, dari Indramayu ditemukan bagaimana petani beradaptasi dengan alam meski banjir, hama dan panas tak menentu mendera mereka.
Pilihan pun jatuh pada Sekolah Lapang Petani Respon Terhadap Iklim. Mereka mengorganisir diri untuk sama-sama belajar mengenal kembali apa yang sedang terjadi saat ini. Indramayu dan Madura menjadi pionir penerapan pembelajaran tersebut. Sebut saja Wasiah pegiat Sekolah Lapang Petani Respon Terhadap Iklim di Indramayu, yang menyediakan rumahnya sebagai laboratorium tani itu.
Pada daerah dataran tinggi mereka melakukan screening varietas. Menguji varietas yang toleran terhadap kekeringan yang cocok untuk daerah itu. Untuk daerah pantai mereka mencari varietas yang toleran atau tahan terhadap kegaraman.
“Kami membuat benih yang sesuai kondisi dan lingkungan daerahnya masing-masing. Di daerah itu menelitinya dan membuatnya. Siapa yang membuat ?, kami mentransfer pengetahuan kekelompok tani yang bergerak disitu,” ungkap Warsiah,
Terkai perubahan iklim menurutnya, pada daerah tadah hujan yang tidak ada saluran air bisa menanam varietas yang umurnya genja dan toleran terhadap kekeringan. Kalau memanfaatkan waktu bisa melakukan metoda gora atau mempercepat masa tanam.
“Harapannya informasi ini bisa dipahami petani, paling tidak bisa menyusun strategi masing-masing,” harapnya.
Pilihan pun jatuh pada Sekolah Lapang Petani Respon Terhadap Iklim. Mereka mengorganisir diri untuk sama-sama belajar mengenal kembali apa yang sedang terjadi saat ini. Indramayu dan Madura menjadi pionir penerapan pembelajaran tersebut. Sebut saja Wasiah pegiat Sekolah Lapang Petani Respon Terhadap Iklim di Indramayu, yang menyediakan rumahnya sebagai laboratorium tani itu.
Pada daerah dataran tinggi mereka melakukan screening varietas. Menguji varietas yang toleran terhadap kekeringan yang cocok untuk daerah itu. Untuk daerah pantai mereka mencari varietas yang toleran atau tahan terhadap kegaraman.
“Kami membuat benih yang sesuai kondisi dan lingkungan daerahnya masing-masing. Di daerah itu menelitinya dan membuatnya. Siapa yang membuat ?, kami mentransfer pengetahuan kekelompok tani yang bergerak disitu,” ungkap Warsiah,
Terkai perubahan iklim menurutnya, pada daerah tadah hujan yang tidak ada saluran air bisa menanam varietas yang umurnya genja dan toleran terhadap kekeringan. Kalau memanfaatkan waktu bisa melakukan metoda gora atau mempercepat masa tanam.
“Harapannya informasi ini bisa dipahami petani, paling tidak bisa menyusun strategi masing-masing,” harapnya.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar