Karinding, dari Musik Tradisi Hingga Death Metal
Ciptagelar|Kotahujan.com-Berbahan ukiran bambu, Karinding yang merupakan alat musik Sunda mengandalkan bunyi dari resonansi rongga mulut pemainnya untuk menghasilkan nada-nada yang diinginkan. Suara alunan alat ini berfungsi sebagai pengusir hama di areal persawahan.
Dengan menghasilkan bunyi dan nada dengan ukuran low desible, alat musik karinding bunyinya nyaris sama seperti bunyi serangga “tonggorek” atau undur-undur yang berbunyi. Di Bali dengan bentuk sedikit berbeda, alat musik ini dikenal dengan nama lokal “Genggong”.
Karinding biasanya dibunyikan untuk menemani petani mengusir hama wereng di sawahnya. Sementara itu di masyararakat adat Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi, alat musik ini biasa juga dimainkan pada upacara adat, bersama dengan alat musik tradisional lainnya seperti celempung, genggong dan kecapi suling.
Kini alat musik tersebut sudah mulai banyak dieksplorasi masyarakat lain seperti di perkotaan. Sebut saja Ahmad Najib yang berkunjung ke Ciptagelar ditemani Yoyo Yogasmana, warga Kasepuhan Ciptagelar. Ahmad Najib merupakan warga Kabupaten Bandung yang berkunjung bersama rekan-rekan sanggarnya. Kunjungannya secara khusus untuk belajar membuat dan memainkan alat musik Karinding serta alat musik lain seperti Celempung dan Suling. April 2011 lalu beliau memiliki pengalaman menggelar aksi membunyikan alat musik karinding bersama 370 orang lainnya. Gelaran itu mampu memecahkan rekor MURI di Kabupaten Bandung saat itu.
Ahmad Najib beranggapan pelestarian kesenian dan kerajinan alat musik khsusnya Sunda perlu dilestarikan. Salah satunya melalui kegiatan yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, selain berkesenian juga sebagai bagian pendukung ekonomi masyarakat.
Bersama rekan-rekan Bandung yang mempunyai gagasan sama, ia mendirikan sanggar di kawasan Soreang Bandung. Sanggar ini diharapkan bisa menjadi sarana aktifitas masyarakat Bandung yang peduli dan tergerak untuk turut melestarikan budaya Sunda.
Tidak dapat di pungkiri alat musik karinding dapat mempersatukan dan mengkolaborasikan beberapa hal yang berbeda menjadi keharmoniasan. Alat yang tidak hanya dikenal di daerah jawa barat ini tidak hanya digunakan di beberapa acara-acara adat, tetapi juga mulai digunakan bersama dengan alat musik modern yang lain.
Kolaborasi dengan alat musik modern pernah digagas oleh musisi Bandung lainnya, seperti dengan music aliran keras yang biasa disebut Death Metal. Salah satu kelompok yang sukses eksis dengan kolaborasi ini adalah “Karinding Attack”.
Karinding Attack telah menghasilkan karya komposisi karinding. hasilnya bisa disimak di http://stafaband.info/download-mp3-lagu-karinding_attack.html. Tidak hanya “karinding attack”, group band musik cadas, Burger Kill juga menggunakan instrument “karinding” sebagai bagian dari karya dan pertunjukannya. Penggunaan alat musik tradisional yang digabungkan dengan alat musik modern ini menunjukan perkembangan upaya melestarikan alat musik tradisional, kedalam budaya modern.
Masih banyak kearifan tradisional yang dapat digali dan bisa dikembangkan dengan kehidupan modern saat ini. Baik melalui alat musik tradisional, tatacara adat dan pertanian hingga alat-alat pertukangan pada kehidupan sehari-hari. Aktivitas ini dapat menjadi bagian dari industri kreatif. Apalagi di nusantara ini masih banyak kearifan masyarakat adat yang dapat dijadikan bagian dari penguatan budaya, identitas, dan kedaulatan bangsa.
Dengan menghasilkan bunyi dan nada dengan ukuran low desible, alat musik karinding bunyinya nyaris sama seperti bunyi serangga “tonggorek” atau undur-undur yang berbunyi. Di Bali dengan bentuk sedikit berbeda, alat musik ini dikenal dengan nama lokal “Genggong”.
Karinding biasanya dibunyikan untuk menemani petani mengusir hama wereng di sawahnya. Sementara itu di masyararakat adat Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi, alat musik ini biasa juga dimainkan pada upacara adat, bersama dengan alat musik tradisional lainnya seperti celempung, genggong dan kecapi suling.
Kini alat musik tersebut sudah mulai banyak dieksplorasi masyarakat lain seperti di perkotaan. Sebut saja Ahmad Najib yang berkunjung ke Ciptagelar ditemani Yoyo Yogasmana, warga Kasepuhan Ciptagelar. Ahmad Najib merupakan warga Kabupaten Bandung yang berkunjung bersama rekan-rekan sanggarnya. Kunjungannya secara khusus untuk belajar membuat dan memainkan alat musik Karinding serta alat musik lain seperti Celempung dan Suling. April 2011 lalu beliau memiliki pengalaman menggelar aksi membunyikan alat musik karinding bersama 370 orang lainnya. Gelaran itu mampu memecahkan rekor MURI di Kabupaten Bandung saat itu.
Ahmad Najib beranggapan pelestarian kesenian dan kerajinan alat musik khsusnya Sunda perlu dilestarikan. Salah satunya melalui kegiatan yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, selain berkesenian juga sebagai bagian pendukung ekonomi masyarakat.
Bersama rekan-rekan Bandung yang mempunyai gagasan sama, ia mendirikan sanggar di kawasan Soreang Bandung. Sanggar ini diharapkan bisa menjadi sarana aktifitas masyarakat Bandung yang peduli dan tergerak untuk turut melestarikan budaya Sunda.
Tidak dapat di pungkiri alat musik karinding dapat mempersatukan dan mengkolaborasikan beberapa hal yang berbeda menjadi keharmoniasan. Alat yang tidak hanya dikenal di daerah jawa barat ini tidak hanya digunakan di beberapa acara-acara adat, tetapi juga mulai digunakan bersama dengan alat musik modern yang lain.
Kolaborasi dengan alat musik modern pernah digagas oleh musisi Bandung lainnya, seperti dengan music aliran keras yang biasa disebut Death Metal. Salah satu kelompok yang sukses eksis dengan kolaborasi ini adalah “Karinding Attack”.
Karinding Attack telah menghasilkan karya komposisi karinding. hasilnya bisa disimak di http://stafaband.info/download-mp3-lagu-karinding_attack.html. Tidak hanya “karinding attack”, group band musik cadas, Burger Kill juga menggunakan instrument “karinding” sebagai bagian dari karya dan pertunjukannya. Penggunaan alat musik tradisional yang digabungkan dengan alat musik modern ini menunjukan perkembangan upaya melestarikan alat musik tradisional, kedalam budaya modern.
Masih banyak kearifan tradisional yang dapat digali dan bisa dikembangkan dengan kehidupan modern saat ini. Baik melalui alat musik tradisional, tatacara adat dan pertanian hingga alat-alat pertukangan pada kehidupan sehari-hari. Aktivitas ini dapat menjadi bagian dari industri kreatif. Apalagi di nusantara ini masih banyak kearifan masyarakat adat yang dapat dijadikan bagian dari penguatan budaya, identitas, dan kedaulatan bangsa.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar