Kisruh Kekeringan : Waspada Harus, Panik Jangan
Bogor|Kotahujan.com-Isu kekeringan marak dilaporkan dari berbagai daerah. Begitu gencarnya isu kekeringan di media rupanya terus mendesak pemerintah mengeluarkan status siaga. Seperti diketahui, pemerintah telah menetapkan bencana kekeringan ke tahap siaga 1 dan menganggarkan dana sebesar 2 triliun rupiah sebagai upaya penanggulangannya. Berbagai tanggapan muncul di masyarakat. Merekalah yang sejatinya merasakan kekeringan langsung. Meski demikian BMKG Stasiun Klimatologi Bogor memberi pendapat berbeda. Kemarau yang melanda saat ini belum mencapai tahap paling puncak.
Kemarau sekarang ini bersifat sesaat, seperti diketahui pada tahun 2010 memang terjadi hujan yang berkepanjangan. Oleh sebab itu energy bumi terserap dan menimbulkan kemarau seperti sekarang ini, dan perlulu diketahui juga kemarau yang sekarang ini terjadi merupakan dampak dari badai La Nina dan Irene yang terjadi di Amerika dan beberapa Negara lainnya.
“Badai itu menimbulkan dampaknya hingga sekarang, yang memang terasa cuaca sedikit panas dan jarang terjadi hujan. Tetapi hujan masih tetap ada dibebrapa bagian khususnya Bogor,” ujar Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi, Stasiun Klimatologi Dragama Bogor Hendri Antoro ketika dijumpai di kantornya Kamis,(15/09) kemarin.
Hendri mengungkapkan, wilayah Bogor akan kembali di guyur hujan pada periode ke 3 September. Prakiraan itu berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh pihaknya, meski diakuinya bukan sesuatu yang pasti karena cuaca memang sulit diterka sekarang ini.
Menyinggung kekeringan di Caringin, Hendry menegaskan tak ada yang perlu dikhawatirkan akan kekeringan. Semua masih normal dan cuaca memang tidak extreme untuk ukuran musim kemarau. Biasanya wilayah yang terlebih dahulu terjadi kekeringan itu pada 200 meter di atas permukaan laut. Sedangkan, Caringin berada di ketinggian 400 meter di atas permukaan laut.
“Jadi warga dihimbau untuk tidak panik, yang terjadi sekarang saya lebih menyimpulkan krisis air bukannya kekeringan. Karena memang cuaca juga masih normal, yaitu masih 33,5 derajat celcius, sedangkan untuk ukuran cuaca extreme kemarau yaitu di atas 40 derajat celcius,” terangnya.
Lebih lanjut Hendri membeberkan, warga diharap waspada terhadap masa peralihan, karena hujan yang akan terjadi nanti memang cuaca peralihan yang bisa menimbulkan angin kencang disertai petir besar.
Beberapa warga banyak yang mengakui meski cuaca panas, ternyata masih dalam keadaan normal. Kekeringan belum terlalu terasa memuncak, dan merata diseluruh wilayah Bogor. Seperti di Parung, hingga kini belum ada laporan berarti mengenai dampak kekeringan, padahal jika dilihat dari letak topografi, parung berada di wilayah yang akan pertama kali merasakan kekeringan jika terjadi.
“Sementara ini belum terjadi kekeringan di sini, memang cuaca panas tapi kami belum merasakan kekeringan,” ujar Samsu HN staf Desa Pemagarsari, Kecamatan Parung.
Tidak hanya di parung, di Kecamatan Ciomas juga belum mengalami masalah berarti. Dilihat dari mata air Ciburial yang debit airnya masih wajar dan normal.
“Sejauh ini masih aman saja mas, belum terjadi kekeringan,” ungkap Neno Suhartini salah satu warga Ciomas yang rumahnya berdekatan dengan Mata air Ciburial.
Kekeringan yang sempat terjadi di wilayah Babakan, Kecamatan Ciseeng, dirasakan warga hanya berlangsung 2 hari. Beberapa pesawahan tampak seperti kekurangan air, beberapa sumur warga juga terlihat sempat surut.
“Sempat sih air kering di sini, tapi Cuma 2 hari ini saja, sekarang sudah tidak lagi. Ya karena memang sudah mulai ada hujan seperti sekarang ini mas,” ujar Rano Otopianto, warga Babakan, Kecamatan Ciseeng.
Laporan Kontributor : R Maeilana
Kemarau sekarang ini bersifat sesaat, seperti diketahui pada tahun 2010 memang terjadi hujan yang berkepanjangan. Oleh sebab itu energy bumi terserap dan menimbulkan kemarau seperti sekarang ini, dan perlulu diketahui juga kemarau yang sekarang ini terjadi merupakan dampak dari badai La Nina dan Irene yang terjadi di Amerika dan beberapa Negara lainnya.
“Badai itu menimbulkan dampaknya hingga sekarang, yang memang terasa cuaca sedikit panas dan jarang terjadi hujan. Tetapi hujan masih tetap ada dibebrapa bagian khususnya Bogor,” ujar Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi, Stasiun Klimatologi Dragama Bogor Hendri Antoro ketika dijumpai di kantornya Kamis,(15/09) kemarin.
Hendri mengungkapkan, wilayah Bogor akan kembali di guyur hujan pada periode ke 3 September. Prakiraan itu berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh pihaknya, meski diakuinya bukan sesuatu yang pasti karena cuaca memang sulit diterka sekarang ini.
Menyinggung kekeringan di Caringin, Hendry menegaskan tak ada yang perlu dikhawatirkan akan kekeringan. Semua masih normal dan cuaca memang tidak extreme untuk ukuran musim kemarau. Biasanya wilayah yang terlebih dahulu terjadi kekeringan itu pada 200 meter di atas permukaan laut. Sedangkan, Caringin berada di ketinggian 400 meter di atas permukaan laut.
“Jadi warga dihimbau untuk tidak panik, yang terjadi sekarang saya lebih menyimpulkan krisis air bukannya kekeringan. Karena memang cuaca juga masih normal, yaitu masih 33,5 derajat celcius, sedangkan untuk ukuran cuaca extreme kemarau yaitu di atas 40 derajat celcius,” terangnya.
Lebih lanjut Hendri membeberkan, warga diharap waspada terhadap masa peralihan, karena hujan yang akan terjadi nanti memang cuaca peralihan yang bisa menimbulkan angin kencang disertai petir besar.
Beberapa warga banyak yang mengakui meski cuaca panas, ternyata masih dalam keadaan normal. Kekeringan belum terlalu terasa memuncak, dan merata diseluruh wilayah Bogor. Seperti di Parung, hingga kini belum ada laporan berarti mengenai dampak kekeringan, padahal jika dilihat dari letak topografi, parung berada di wilayah yang akan pertama kali merasakan kekeringan jika terjadi.
“Sementara ini belum terjadi kekeringan di sini, memang cuaca panas tapi kami belum merasakan kekeringan,” ujar Samsu HN staf Desa Pemagarsari, Kecamatan Parung.
Tidak hanya di parung, di Kecamatan Ciomas juga belum mengalami masalah berarti. Dilihat dari mata air Ciburial yang debit airnya masih wajar dan normal.
“Sejauh ini masih aman saja mas, belum terjadi kekeringan,” ungkap Neno Suhartini salah satu warga Ciomas yang rumahnya berdekatan dengan Mata air Ciburial.
Kekeringan yang sempat terjadi di wilayah Babakan, Kecamatan Ciseeng, dirasakan warga hanya berlangsung 2 hari. Beberapa pesawahan tampak seperti kekurangan air, beberapa sumur warga juga terlihat sempat surut.
“Sempat sih air kering di sini, tapi Cuma 2 hari ini saja, sekarang sudah tidak lagi. Ya karena memang sudah mulai ada hujan seperti sekarang ini mas,” ujar Rano Otopianto, warga Babakan, Kecamatan Ciseeng.
Laporan Kontributor : R Maeilana
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar