Dinamisme dan Humanisme dalam Berkesenian
Dramaga|Kotahujan.com-Berkesenian merupakan cara bagi sesorang dalam mengespresikan apa yang ada di dalam dirinya. Seperti dilakukan komunitas teatrikal seni dan sastra, Wahana Telisik Sastra (WTS). Komunitas yang diprakarsai oleh Fatkurrahman Abdul Karim atau yang lebih terkenal dengan sebutan 'Pakdhe' ini, ingin menawarkan institusi IPB dalam bidang kesenian. Bidang yang memiliki sistem lebih dinamis dan humanisme. Komunitas ini mengkolaborasikan unsur humanisme dengan konsentrisme, sehingga tidak menghilangkan unsur-unsur yang berasa dari alam. Komunitas WTS membagi diri kedalam bagian seni rupa, fotografi, sastra dan musik, sehingga anggota dapat memilih sesuai minat mereka masing-masing.
“WTS merupakan wadah bagi mahasiswa dalam berkesenian, dengan berbagai minat yang ada, biasanya akan berbaur menjadi satu dalam pagelaran teater”, tutur Pakdhe koordinator WTS.
Anggota WTS tidak hanya dari mahasiswa IPB tetapi ada juga mahasiswa dari universitas lain seperti Pakuan dan ISI Yogya. Setiap minggu WTS melakukan apresiasi rutin dengan berkomunikasi dan mengunjungi tim kesenian lainnya. Semisal berkunjung ke Salihara dan galeri tertentu. Selain itu untuk agenda bulanan, WTS mengadakan RASA (Ruang Apresiasi Seni Sastra) setiap bulannya. Bentuk dari RASA ini pun berbeda-beda, ada pertunjukan tunggal teater, pertunjukan musik, dan presentasi literasi.
“Dalam hidup kita tidak lepas dari Puisi, dalam membaca kitab suci banyak menggunakan bahasa puisi dan manusia tidak akan pernah dari metafor atau ungkapan. Lama-lama kesadaran seperti itu menghilang, karena kita lebih sering membutuhkan hal-hal yang instan. Saya ingin menunjukan bahwa kehidupan kita berkaitan dengan seni,” pungkas Pakdhe.
Laporan Kontributor : Rinenggo Siwi
“WTS merupakan wadah bagi mahasiswa dalam berkesenian, dengan berbagai minat yang ada, biasanya akan berbaur menjadi satu dalam pagelaran teater”, tutur Pakdhe koordinator WTS.
Anggota WTS tidak hanya dari mahasiswa IPB tetapi ada juga mahasiswa dari universitas lain seperti Pakuan dan ISI Yogya. Setiap minggu WTS melakukan apresiasi rutin dengan berkomunikasi dan mengunjungi tim kesenian lainnya. Semisal berkunjung ke Salihara dan galeri tertentu. Selain itu untuk agenda bulanan, WTS mengadakan RASA (Ruang Apresiasi Seni Sastra) setiap bulannya. Bentuk dari RASA ini pun berbeda-beda, ada pertunjukan tunggal teater, pertunjukan musik, dan presentasi literasi.
“Dalam hidup kita tidak lepas dari Puisi, dalam membaca kitab suci banyak menggunakan bahasa puisi dan manusia tidak akan pernah dari metafor atau ungkapan. Lama-lama kesadaran seperti itu menghilang, karena kita lebih sering membutuhkan hal-hal yang instan. Saya ingin menunjukan bahwa kehidupan kita berkaitan dengan seni,” pungkas Pakdhe.
Laporan Kontributor : Rinenggo Siwi
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar