Sehat Mandiri Selaras Alam dengan Tanaman Herbal
Cipaku|Kotahujan.com-Kecintaan masyarakat terhadap lingkungan, merupakan cikal bakal terbentuknya Taman Sringganis. Taman Srigganis merupakan taman percontohan tanaman obat yang berada di daerah Cipaku. Terdapat lebih dari 400 jenis tanaman herbal yang berasal dari Indonesia, vietnam dan Cina juga tumbuh di taman ini. Jenis tanaman herbal seperti Binahong yang berasal dari Vietnam, Umbi dewa yang berasal dari Cina tampak menghiasi taman percontohan seluas 1000 m2. Selain sebagai taman percontohan untuk tumbuhan herbal, taman Sringganis juga merupakan tempat pengolahan obat herbal yang di buat dalam skala rumah tangga dan klinik akupuntur.
Bahan baku pembuatan obat-obatan herbal ini di dukung dari petani hortikultura yang berada di sekitar taman Singganis. Petani yang menanam rosella, lidah buaya, dan temulawak, sebagian dari hasil pertanian holtikultura mereka dijual di taman Sringganis ini.
“Membantu dalam meningkatkan penghasilan masyarakat, terkadang ada masyarakat yang mengganggur mereka dapat mencari tumbuhan tapak lima, meniran, sido guri yang diambil secara liar oleh masyarakat dan hasilnya di bawa kesini”, tutur Joko Sukisno, akupunturis di Taman Sringganis.
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat sekitar merupakan langkah awal yang dilakukan pihak pengelola taman Sringgganis untuk membuka pengetahuan masyarakat tentang tanaman herbal. Sehingga masyarakat semakin hari menyadari pentingnya tanaman obat untuk mengatasi kesehatan mereka.
Menurut Joko, dalam memenuhi kebutuhan tanaman obat saat ini taman Sringganis belum mengalami kesulitan, walaupun potensi tanah di kota Bogor yang menyusut tiap tahunnya. Tanaman obat hanya menggunakan mungkin sepertiga dari halaman rumah sehingga tidak ada masalah dalam memenuhi atau mengembangkan tanaman obat.
“Saya mencari tumbuhan obat yang tumbuh secara liar di kebun dan diolah di rumah”, tutur Awan pemuda yang mengirimkan hasil olahan tumbuhan obat yang di cari secara liar.
Menanam tumbuhan herbal dirasa lebih mudah oleh Syamsudin warga Sukabumi. Menurutnya menanam tubuhan obat tidak usah mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk, selain itu dengan luasan tanah 200m2 kita dapat membudidaya tanaman obat tidak seperti jika kita bercocok tanaman yang membutuhkan tanah yang luas berhektar-hektar.
Bahan baku pembuatan obat-obatan herbal ini di dukung dari petani hortikultura yang berada di sekitar taman Singganis. Petani yang menanam rosella, lidah buaya, dan temulawak, sebagian dari hasil pertanian holtikultura mereka dijual di taman Sringganis ini.
“Membantu dalam meningkatkan penghasilan masyarakat, terkadang ada masyarakat yang mengganggur mereka dapat mencari tumbuhan tapak lima, meniran, sido guri yang diambil secara liar oleh masyarakat dan hasilnya di bawa kesini”, tutur Joko Sukisno, akupunturis di Taman Sringganis.
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat sekitar merupakan langkah awal yang dilakukan pihak pengelola taman Sringgganis untuk membuka pengetahuan masyarakat tentang tanaman herbal. Sehingga masyarakat semakin hari menyadari pentingnya tanaman obat untuk mengatasi kesehatan mereka.
Menurut Joko, dalam memenuhi kebutuhan tanaman obat saat ini taman Sringganis belum mengalami kesulitan, walaupun potensi tanah di kota Bogor yang menyusut tiap tahunnya. Tanaman obat hanya menggunakan mungkin sepertiga dari halaman rumah sehingga tidak ada masalah dalam memenuhi atau mengembangkan tanaman obat.
“Saya mencari tumbuhan obat yang tumbuh secara liar di kebun dan diolah di rumah”, tutur Awan pemuda yang mengirimkan hasil olahan tumbuhan obat yang di cari secara liar.
Menanam tumbuhan herbal dirasa lebih mudah oleh Syamsudin warga Sukabumi. Menurutnya menanam tubuhan obat tidak usah mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk, selain itu dengan luasan tanah 200m2 kita dapat membudidaya tanaman obat tidak seperti jika kita bercocok tanaman yang membutuhkan tanah yang luas berhektar-hektar.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar