ASTEKI Award, Semangat Akses Media Kerakyatan
Jakarta|Kotahujan.com-Catatan sejarah sudah selayaknya dilakukan ditempat bersejarah. Ruang Yusuf Ronodipuro, Gedung RRI, Jalan Merdeka Barat no 4-5, Jakarta. Tepat pada Minggu 27 November 2011 kemarin, sejarah ditorehkan Asosiasi Televisi Kerakyatan Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah 3 tahun ASTEKI berdiri, diberikan penghargaan kepada individu dan lembaga yang berdedikasi untuk konsisten berjuang di kelompoknya dengan memanfaatkan media. Sejarah itu kemudian terangkum dalam ASTEKI Award.
Perkembangan teknologi yang muncul, telah mendorong adanya upaya-upaya kreatif dan inovatif di kalangan masyarakat yang memberikan kontribusi positif bagi cita-cita terwujudnya masyarakat bermartarbat dan mandiri. ASTEKI Award kemudian hadir sebagai bentuk apresiasi terhadap individu maupun kelompok masyarakat yang telah bekerja untuk memanfaatkan media dan teknologinya dengan cara-cara kreatif, dengan segala keterbatasannya, menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi.
“Kami merasa bahwa berbagai usaha dan upaya tersebut harus diapresiasi selayaknya, agar semangat tersebut dapat didengar, ditularkan dan membesar sebagai sebuah inspirasi kolektif”, papar Ridzki Rinanto Sigit dalam pidatonya sebelum pemberian award.
Ada 3 kategori yang layak diberikan award. Pertama adalah kategori Pengembangan Inovasi Tehnologi Media, kedua kategori Kerja sosial Kemasyarakatan Melalui Media dan yang ketiga kategori Pengembangan Budaya dan Resolusi Damai Melalui Media. Masing-masing diberikan kepada Kampung Adat Ciptagelar dengan CIGA TV nya, diterima langsung oleh Yoyo Yogasmana. Kemudian Ony Mahardika dengan Sahabat Anak Lumpur-nya dan kepada Dominikus Uyub, seorang seniman dayak Kayaan di Kapuas Hulu.
Yoyo Yogasmana mewakili Kasepuhan Ciptagelar merupakan pengurus sehari-hari CIGA TV, sebuah televisi kebangaan Kasepuhan Ciptagelar di kawasan gunung Halimun. Sehari-hari bersama dua asistennya dia melakukan proses produksi sendiri, mulai dari liputan editing dan penyiaran.
Pergerakan Ony Mahardika bersama rekan-rekannya yang cukup konsisten berbuat untuk korban lumpur Lapindo, menginspirasi rekan-rekan lainnya untuk peduli. Sahabat Anak Lumpur menjadi gagasan gerakan solidaritas yang dikembangkannya, salah satunya melalui Group facebook yang berdampak pada aksi nyata dibeberapa wilayah di Indonesia.
Dominikus Uyub adalah seorang seniman sape dari Dayak Kayaan yang gigih memperjuangkan budaya suku bangsanya. Kegelisahan atas informasi dan praktek budaya dayak yang tak utuh, menggerakkan minatnya untuk berbagi pengetahuan dengan tulisan-tulisan budaya di Kalimantan Review, majalah lokal yang diasuhnya.
Dalam sambutannya Ridzki Rinanto Sigit selaku Ketua Badan Pekerja ASTEKI memaparkan, award ini dimaksudkan tidak untuk sekedar ajang latah idol-idol-an, melainkan sebuah semangat untuk memberikan motivasi tambahan atas perjuangan mereka dengan media kerakyatannya.
“Kami ingin agar acara ini dilihat dalam semangat kekeluargaan, kesederhanaan serta ajang silaturahmi, baik kami dari ASTEKI maupun dari berbagai unsur pegiat media kerakyatan lainnya dengan harapan dapat saling terus-menerus belajar, dan meneguhkan langkah yang telah kita mulai. Semoga tradisi yang baik ini dapat terus berkembang untuk selanjutnya,”
Kedepan ajang ini diharapkan bisa menjaring lebih banyak pihak untuk terlibat, mendukung upaya-upaya akses media untuk perjuangan yang dilakukan komunitas dan masyarakat lainnya.
Perkembangan teknologi yang muncul, telah mendorong adanya upaya-upaya kreatif dan inovatif di kalangan masyarakat yang memberikan kontribusi positif bagi cita-cita terwujudnya masyarakat bermartarbat dan mandiri. ASTEKI Award kemudian hadir sebagai bentuk apresiasi terhadap individu maupun kelompok masyarakat yang telah bekerja untuk memanfaatkan media dan teknologinya dengan cara-cara kreatif, dengan segala keterbatasannya, menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi.
“Kami merasa bahwa berbagai usaha dan upaya tersebut harus diapresiasi selayaknya, agar semangat tersebut dapat didengar, ditularkan dan membesar sebagai sebuah inspirasi kolektif”, papar Ridzki Rinanto Sigit dalam pidatonya sebelum pemberian award.
Ada 3 kategori yang layak diberikan award. Pertama adalah kategori Pengembangan Inovasi Tehnologi Media, kedua kategori Kerja sosial Kemasyarakatan Melalui Media dan yang ketiga kategori Pengembangan Budaya dan Resolusi Damai Melalui Media. Masing-masing diberikan kepada Kampung Adat Ciptagelar dengan CIGA TV nya, diterima langsung oleh Yoyo Yogasmana. Kemudian Ony Mahardika dengan Sahabat Anak Lumpur-nya dan kepada Dominikus Uyub, seorang seniman dayak Kayaan di Kapuas Hulu.
Yoyo Yogasmana mewakili Kasepuhan Ciptagelar merupakan pengurus sehari-hari CIGA TV, sebuah televisi kebangaan Kasepuhan Ciptagelar di kawasan gunung Halimun. Sehari-hari bersama dua asistennya dia melakukan proses produksi sendiri, mulai dari liputan editing dan penyiaran.
Pergerakan Ony Mahardika bersama rekan-rekannya yang cukup konsisten berbuat untuk korban lumpur Lapindo, menginspirasi rekan-rekan lainnya untuk peduli. Sahabat Anak Lumpur menjadi gagasan gerakan solidaritas yang dikembangkannya, salah satunya melalui Group facebook yang berdampak pada aksi nyata dibeberapa wilayah di Indonesia.
Dominikus Uyub adalah seorang seniman sape dari Dayak Kayaan yang gigih memperjuangkan budaya suku bangsanya. Kegelisahan atas informasi dan praktek budaya dayak yang tak utuh, menggerakkan minatnya untuk berbagi pengetahuan dengan tulisan-tulisan budaya di Kalimantan Review, majalah lokal yang diasuhnya.
Dalam sambutannya Ridzki Rinanto Sigit selaku Ketua Badan Pekerja ASTEKI memaparkan, award ini dimaksudkan tidak untuk sekedar ajang latah idol-idol-an, melainkan sebuah semangat untuk memberikan motivasi tambahan atas perjuangan mereka dengan media kerakyatannya.
“Kami ingin agar acara ini dilihat dalam semangat kekeluargaan, kesederhanaan serta ajang silaturahmi, baik kami dari ASTEKI maupun dari berbagai unsur pegiat media kerakyatan lainnya dengan harapan dapat saling terus-menerus belajar, dan meneguhkan langkah yang telah kita mulai. Semoga tradisi yang baik ini dapat terus berkembang untuk selanjutnya,”
Kedepan ajang ini diharapkan bisa menjaring lebih banyak pihak untuk terlibat, mendukung upaya-upaya akses media untuk perjuangan yang dilakukan komunitas dan masyarakat lainnya.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar