Panen Melimpah Karena Pengelolaan Arif dan Lestari
Ciptagelar|Kotahujan.com-Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar patut bersyukur tahun ini. Pasalnya mereka memperoleh hasil pertanian yang melimpah. Hal ini terlihat dari diadakannya upacara Serentaun yang merupakan simbol rasa syukur mereka karena panen melimpah. Kasepuhan Ciptagelar yang minggu (1/8) lalu mengadakan upacara Serentaun, ternyata mampu mencukupi kebutuhan pangan (swasembada) dengan pengelolaan alam yang arif dan lestari. Tak heran jika sejak 642 tahun yang lalu, Kasepuhan yang masuk dalam Kesatun Adat Banten Kidul ini selalu menggelar Serentaun tiap tahunnya.
Usai upacara adat, Ki Upat selaku Menteri Dalam Negeri Kasepuhan Ciptagelar melaporkan hasil pertanian tahun ini. Menurutnya panen tahun ini meningkat cukup pesat. Hal ini dilihat dari pertumbuhan jumlah Leuit (lumbung) yang mencapai 10.916 leuit, sedangkan jumlah kepala keluarga ada 4.783. Artinya jika dirata-rata satu kepala keluarga memiliki 2 leuit. Demikian laporannya di depan Abah, Keluarga Kaepuhan, incu putu, baris kolot dan undangan. Tampak diantara undangan Wakil Bupati Kabupaten Sukabumi H. Marwan Hamawi, mantan anggota DPRD propinsi Jabar Eka Santosa, Sekjen AMAN Abdon Nababan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jabar, Staf Deputi 6-KLH Jonny Purba dan pemimpin Masyarakat adat tatar sunda lainnya.
Pada laporannya Ki Upat juga memaparkan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari peran seluruh masyarakat Kasepuhan Ciptagelar yang mengelola ladang dan pertanian dengan menetapkan kawasan hutan. Yaitu hutan titipan, tutupan dan garapan. Hasil pertanian inilah yang diperoleh dari hutan garapan. Kedepan Ia pun berharap ada bantuan dari pihak pemerintah dan lembaga lain untuk membuat peta kawasan hutan tersebut agar lebih jelas pemanfaatannya.
Mengomentari laporan Ki Upat, Wakil Bupati Sukabumi H. Marwan Hamawi mengakui ada beberapa hambatan Pemkab untuk membantu Kasepuhan Ciptagelar. Beberapa progam yang dicanangkan tidak bisa masuk atau diterapkan karena kendala administrasi semisal status tanah. Demikian halnya dengan berbagai permasalahan antara masyarakat adat dengan Taman Nasional. Meski secara pribadi Marwan memahami kondisi masyarakat adat yang tidak menguntungkan dengan Taman Nasional.
Usai upacara adat, Ki Upat selaku Menteri Dalam Negeri Kasepuhan Ciptagelar melaporkan hasil pertanian tahun ini. Menurutnya panen tahun ini meningkat cukup pesat. Hal ini dilihat dari pertumbuhan jumlah Leuit (lumbung) yang mencapai 10.916 leuit, sedangkan jumlah kepala keluarga ada 4.783. Artinya jika dirata-rata satu kepala keluarga memiliki 2 leuit. Demikian laporannya di depan Abah, Keluarga Kaepuhan, incu putu, baris kolot dan undangan. Tampak diantara undangan Wakil Bupati Kabupaten Sukabumi H. Marwan Hamawi, mantan anggota DPRD propinsi Jabar Eka Santosa, Sekjen AMAN Abdon Nababan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jabar, Staf Deputi 6-KLH Jonny Purba dan pemimpin Masyarakat adat tatar sunda lainnya.
Pada laporannya Ki Upat juga memaparkan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari peran seluruh masyarakat Kasepuhan Ciptagelar yang mengelola ladang dan pertanian dengan menetapkan kawasan hutan. Yaitu hutan titipan, tutupan dan garapan. Hasil pertanian inilah yang diperoleh dari hutan garapan. Kedepan Ia pun berharap ada bantuan dari pihak pemerintah dan lembaga lain untuk membuat peta kawasan hutan tersebut agar lebih jelas pemanfaatannya.
Mengomentari laporan Ki Upat, Wakil Bupati Sukabumi H. Marwan Hamawi mengakui ada beberapa hambatan Pemkab untuk membantu Kasepuhan Ciptagelar. Beberapa progam yang dicanangkan tidak bisa masuk atau diterapkan karena kendala administrasi semisal status tanah. Demikian halnya dengan berbagai permasalahan antara masyarakat adat dengan Taman Nasional. Meski secara pribadi Marwan memahami kondisi masyarakat adat yang tidak menguntungkan dengan Taman Nasional.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar