Solusi Perubahan Iklim Ada di Masyarakat Adat
Dramaga|Kotahujan.com-Terjadinya perubahan iklim dipastikan membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Hal ini berpengaruh langsung pada perubahan pola kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Mereka harus beradaptasi dengan perubahan saat habitat mereka terancam keberadaannya. Bahkan beberapa keanekaragaman hayati diketahui terancam punah. Dampak perubahan iklim yang bisa dirasakan adalah kenaikan permukaan laut menyebabkan berkurangnya daratan. Gelombangnya pun merusak infrastruktur di pesisir. Pola cuaca yang tidak menentu memberi andil penurunan produktifitas pertanian.
Perubahan iklim sejatinya tidak bisa dihindari. Perubahan ini secara alami telah mempengaruhi evolusi manusia. Hal ini yang mendorong mereka mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada. Namun akhir-akhir ini perubahan itu engalami percepatan yang dipicu oleh pemanasan global. Musim kemarau akan terjadi berkepanjangan yang menyebabkan kekeringan. Saat musim hujan terjadi peningkatan curah hujan yang menyebabkan banjir. Inilah yang dinamakan perubahan cuaca ekstrem, akibatnya manusia dan hewan sulit untuk beradaptasi.
“Change your Mindset for Climate Change“. Demikian pesan yang ingin disampaikan oleh Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam Institut Pertanian Bogor (LAWALATA-IPB), seperti tertuang dalam seminar pada 23 Oktober 2010 lalu di Auditorium Abdul Muis Nasution, Kampus IPB Darmaga. Seminar dihadiri mahasiswa IPB, Siswa SMA se- Bogor, dan Mahasiswa JABODETABEK. Sebagai narasumber menghadirkan pemateri dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Burung Indonesia, Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH), Yayasan Terangi, dan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA). Tema “The awareness of climate change” diusung dengan penyajian teori dan langkah nyata yang dilakukan LAWALATA-IPB dalam men-drive masyarakat (khususnya mahasiswa) melakukan aksi pelestarian lingkungan untuk meminimalisasi dampak perubahan iklim.
AMAN yang tampil mengisi tema dampak perubahan iklim pada masyarakat adat, marine dan hutan / lingkungan hidup, mengawali dengan pemutaran film “Demam”. Film yang berdurasi 23 menit itu menyajikan gambar dampak-dampak perubahan iklim yang dialami oleh masyarakat adat di seluruh dunia. Banjir tsunami, tanah longsor, gempa bumi, kebakaran hutan, dan kekeringan yang menghancurkan ekosistem di bumi. Film ini menunjukkan bahwa kejadian diatas, disebabkan oleh ketergantungan manusia dalam menggunakan bahan bakar yang berbasis karbon yang mendorong pemanasan global.
Annas Radin Syarif , staff PB AMAN yang membahas Perspektif Masyarakat Adat dalam menghadapi perubahan Iklim mengatakan, solusi terbaik dalam mitigasi perubahan iklim adalah mengubah perilaku hidup yang tinggi karbon ke perilaku hidup yang rendah karbon, seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat adat selama ini. Bagi masyarakat adat menjaga lingkungan hidup (hutan) adalah kewajiban adat. Jika lingkungan rusak maka kehidupan mereka akan hancur. Masyarakat adat memiliki motivasi paling kuat dalam menjaga lingkungannya. Dengan kearifan lokal dan hukum adat hutan dijaga, bukan hanya untuk kepentingan ekonomi melainkan juga untuk kepentingan politik, dan sosial budayanya. Intinya, solusi perubahan iklim ada di masyarakat adat.
Laporan : A Radin Syarif
Perubahan iklim sejatinya tidak bisa dihindari. Perubahan ini secara alami telah mempengaruhi evolusi manusia. Hal ini yang mendorong mereka mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada. Namun akhir-akhir ini perubahan itu engalami percepatan yang dipicu oleh pemanasan global. Musim kemarau akan terjadi berkepanjangan yang menyebabkan kekeringan. Saat musim hujan terjadi peningkatan curah hujan yang menyebabkan banjir. Inilah yang dinamakan perubahan cuaca ekstrem, akibatnya manusia dan hewan sulit untuk beradaptasi.
“Change your Mindset for Climate Change“. Demikian pesan yang ingin disampaikan oleh Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam Institut Pertanian Bogor (LAWALATA-IPB), seperti tertuang dalam seminar pada 23 Oktober 2010 lalu di Auditorium Abdul Muis Nasution, Kampus IPB Darmaga. Seminar dihadiri mahasiswa IPB, Siswa SMA se- Bogor, dan Mahasiswa JABODETABEK. Sebagai narasumber menghadirkan pemateri dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Burung Indonesia, Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH), Yayasan Terangi, dan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA). Tema “The awareness of climate change” diusung dengan penyajian teori dan langkah nyata yang dilakukan LAWALATA-IPB dalam men-drive masyarakat (khususnya mahasiswa) melakukan aksi pelestarian lingkungan untuk meminimalisasi dampak perubahan iklim.
AMAN yang tampil mengisi tema dampak perubahan iklim pada masyarakat adat, marine dan hutan / lingkungan hidup, mengawali dengan pemutaran film “Demam”. Film yang berdurasi 23 menit itu menyajikan gambar dampak-dampak perubahan iklim yang dialami oleh masyarakat adat di seluruh dunia. Banjir tsunami, tanah longsor, gempa bumi, kebakaran hutan, dan kekeringan yang menghancurkan ekosistem di bumi. Film ini menunjukkan bahwa kejadian diatas, disebabkan oleh ketergantungan manusia dalam menggunakan bahan bakar yang berbasis karbon yang mendorong pemanasan global.
Annas Radin Syarif , staff PB AMAN yang membahas Perspektif Masyarakat Adat dalam menghadapi perubahan Iklim mengatakan, solusi terbaik dalam mitigasi perubahan iklim adalah mengubah perilaku hidup yang tinggi karbon ke perilaku hidup yang rendah karbon, seperti yang telah dilakukan oleh masyarakat adat selama ini. Bagi masyarakat adat menjaga lingkungan hidup (hutan) adalah kewajiban adat. Jika lingkungan rusak maka kehidupan mereka akan hancur. Masyarakat adat memiliki motivasi paling kuat dalam menjaga lingkungannya. Dengan kearifan lokal dan hukum adat hutan dijaga, bukan hanya untuk kepentingan ekonomi melainkan juga untuk kepentingan politik, dan sosial budayanya. Intinya, solusi perubahan iklim ada di masyarakat adat.
Laporan : A Radin Syarif
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar