Memetakan Wilayah Adat, Menjaga Titipan Karuhun
Kampung Kuta, Ciamis|Kotahujan.com-Menjaga titipan nenek moyang tidak sekedar meneruskan warisan semata. Dengan menjaganya, maka berarti meneruskan jaminan kesejahteraan generasi mendatang. Salah satunya warga kampung Kuta. Kampung Kuta adalah satu-satunya Kampung Adat di Kecamatan Karangpaningal, Kabupaten Ciamis. Mereka percaya bahwa Karuhun menitipkan kekayaan alam untuk dijaga dan dikelola.
“Leuwueng Ruksak, Cai Beak, Manusa Balangsak” pesan Karuhun untuk kesejahteraan masyarakat adat.
Salah satu upayanya pada tanggal 21 sampai 25 Maret 2011 lalu, warga Kampung Kuta bergotong-royong memetakan wilayah adat mereka. Semua terlibat, mulai dari Tokoh adat, Pemuda Adat hingga Pemerintahan Desa (ketua RW dan RT). Warga terlibat mengiringi tim pemetaan ke lapangan sampai akhir. Bahkan Bapak Karman, Ketua Adat Kampung Kuta ikut terjun langsung ke lapangan memastikan batas-batas wilayah adat. Tak mau ketinggalan, ibu-ibu dan remaja putri berkumpul di rumah adat untuk menyiapkan makanan dan minuman.
Menjaga amanah Karuhun, demikian alasan masyarakat adat kampung kuta untuk tidak menunda-nunda kegiatan memetakan wilayah adat.
“Tanah kampung kuta ini suci. Seperti masjidnya orang Islam. Maka harus dijaga agar tidak rusak” kata Pak Karman.
Kurnia, pemuda adat kampung Dukuh Garut yang telah mengikuti pelatihan Pemetaan Partisipatif yang diselenggarakan AMAN-JKPP-FWI setahun yang lalu, bertindak sebagai fasilitator pemetaan. Kurnia didampingi Fahmi Rahman, fasilitatator pemetaan partisipatif dari Rimbawan Muda Indonesia (RMI), Bogor. Sudah sejak dua bulan lalu masyarakat adat Kampung Kuta merencanakan pemetaan ini. Musyawarah adat pun telah beberapa kali diadakan untuk menggali pendapat warga dan mematangkan perencanaan dalam pemetaan. Barulah secara resmi, bulan februari 2011 ini masyarakat melayangkan Surat Permohonan Bantuan kepada PB AMAN untuk memfasilitasi pemetaan di Kampung Kuta. Atas nama masyarakat Adat Kampung Kuta dan ditandatangani oleh ketua adat.
Sebelum dilakukan pemetaan, terlebih dahulu segala peralatan diritual adat oleh Kuncen. Bapak Mariono. Semua peralatan mulai dari Global Position System (GPS), Alat Tulis, Kamera Foto, HandPhone, Recorder dan lainnya “didoakan” terlebih dahulu.
“semua alat ini harus diritualkan agar dapat digunakan saat pemetaan,"jelasnya.
“Leuwueng Ruksak, Cai Beak, Manusa Balangsak” pesan Karuhun untuk kesejahteraan masyarakat adat.
Salah satu upayanya pada tanggal 21 sampai 25 Maret 2011 lalu, warga Kampung Kuta bergotong-royong memetakan wilayah adat mereka. Semua terlibat, mulai dari Tokoh adat, Pemuda Adat hingga Pemerintahan Desa (ketua RW dan RT). Warga terlibat mengiringi tim pemetaan ke lapangan sampai akhir. Bahkan Bapak Karman, Ketua Adat Kampung Kuta ikut terjun langsung ke lapangan memastikan batas-batas wilayah adat. Tak mau ketinggalan, ibu-ibu dan remaja putri berkumpul di rumah adat untuk menyiapkan makanan dan minuman.
Menjaga amanah Karuhun, demikian alasan masyarakat adat kampung kuta untuk tidak menunda-nunda kegiatan memetakan wilayah adat.
“Tanah kampung kuta ini suci. Seperti masjidnya orang Islam. Maka harus dijaga agar tidak rusak” kata Pak Karman.
Kurnia, pemuda adat kampung Dukuh Garut yang telah mengikuti pelatihan Pemetaan Partisipatif yang diselenggarakan AMAN-JKPP-FWI setahun yang lalu, bertindak sebagai fasilitator pemetaan. Kurnia didampingi Fahmi Rahman, fasilitatator pemetaan partisipatif dari Rimbawan Muda Indonesia (RMI), Bogor. Sudah sejak dua bulan lalu masyarakat adat Kampung Kuta merencanakan pemetaan ini. Musyawarah adat pun telah beberapa kali diadakan untuk menggali pendapat warga dan mematangkan perencanaan dalam pemetaan. Barulah secara resmi, bulan februari 2011 ini masyarakat melayangkan Surat Permohonan Bantuan kepada PB AMAN untuk memfasilitasi pemetaan di Kampung Kuta. Atas nama masyarakat Adat Kampung Kuta dan ditandatangani oleh ketua adat.
Sebelum dilakukan pemetaan, terlebih dahulu segala peralatan diritual adat oleh Kuncen. Bapak Mariono. Semua peralatan mulai dari Global Position System (GPS), Alat Tulis, Kamera Foto, HandPhone, Recorder dan lainnya “didoakan” terlebih dahulu.
“semua alat ini harus diritualkan agar dapat digunakan saat pemetaan,"jelasnya.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar