Harga Sebuah Kreatifitas yang Lestari
Jakarta|Kotahujan.com-Masyarakat adat Dayak memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dalam produk kerajinan, baik pola maupun cara pembuatannya. Jaringan Kerajinan Kalimantan memfasilitasi agar ciri khas tersebut dapat menjadi produk-produk yang eksklusif dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Tri Renya Altaria, anggota Kalimantan Craft mengatakan. Pihaknya ingin mengajak lebih banyak orang untuk peduli budaya dan lingkungan Kalimantan dengan membeli produk yang dihasilkan masyarakat disana. Jaringan tersebut kemudian mengeluarkan produk-produk tersebut dengan brand "Borneo Chic". Proses aktivitas kreatif masyarakat itu tersaji dalam film dokumenter 'Kalimantan Craft, Harmony of Culture and Nature'.
"Sasarannya sih tidak pilih-pilih, Indonesia, luar negeri juga, dan ternyata sekarang orang Indonesia juga mulai menyukai, nah isu yang kita sampaikan tadi melalui film itu diharapkan lebih luas, jadi tidak hanya orang Indonesia saja yang bisa menikmati dan kita targetnya memang middle-up. Ngapain juga buat yang murah kalo nanti masyarakat tidak bisa dapat apa-apa juga" ungkap Alti.
Sulitnya mendapat bahan baku dan proses pembuatan yang masih tradisional menjadikan harga jual produk tinggi. Kreatifitas dan ciri khas pun turut menjadi pertimbangan. Alti menambahkan bahwa pihaknya memberikan pengetahuan mengenai perhitungan, mulai dari proses produksi hingga pemasaran sehingga para pengrajin mendapatkan keuntungan yang layak dari apa yang dikerjakan.
Namun Alti mencari jalan keluar agar produk-produk tersebut tetap dapat dijangkau juga oleh masyarakat dengan harga yang relatif murah. Ia berencana memasarkan produk second brand dari hasil kerajinan masyarakat Dayak.
"Kita kan sistemnya seperti reward and punishment, yg kurang baik harganya kurang, yang baik atau premium itu untuk first brand, nanti yang kurang baik untuk second brand" tutur Alti.
Namun Alti yakin meskipun memiliki harga yang tinggi, produknya tetap mendapat respon yang baik di pasaran karena memberikan kualitas yang terbaik. Selain itu, pihaknya pun memberikan pemahaman kepada konsumen melalui sebuah film berjudul "Kalimantan's Craft: Harmony of Culture and Nature" yang dibuatnya bersama Gekko studio.
"Tahun lalu kita sudah berpikir bahwa kita harus buat film supaya orang tahu bagaimana cara pembuatan, cara pemanenannya, jadi tahu kenapa harga tas kami itu harus mahal" tambah Alti.
Tri Renya Altaria, anggota Kalimantan Craft mengatakan. Pihaknya ingin mengajak lebih banyak orang untuk peduli budaya dan lingkungan Kalimantan dengan membeli produk yang dihasilkan masyarakat disana. Jaringan tersebut kemudian mengeluarkan produk-produk tersebut dengan brand "Borneo Chic". Proses aktivitas kreatif masyarakat itu tersaji dalam film dokumenter 'Kalimantan Craft, Harmony of Culture and Nature'.
"Sasarannya sih tidak pilih-pilih, Indonesia, luar negeri juga, dan ternyata sekarang orang Indonesia juga mulai menyukai, nah isu yang kita sampaikan tadi melalui film itu diharapkan lebih luas, jadi tidak hanya orang Indonesia saja yang bisa menikmati dan kita targetnya memang middle-up. Ngapain juga buat yang murah kalo nanti masyarakat tidak bisa dapat apa-apa juga" ungkap Alti.
Sulitnya mendapat bahan baku dan proses pembuatan yang masih tradisional menjadikan harga jual produk tinggi. Kreatifitas dan ciri khas pun turut menjadi pertimbangan. Alti menambahkan bahwa pihaknya memberikan pengetahuan mengenai perhitungan, mulai dari proses produksi hingga pemasaran sehingga para pengrajin mendapatkan keuntungan yang layak dari apa yang dikerjakan.
Namun Alti mencari jalan keluar agar produk-produk tersebut tetap dapat dijangkau juga oleh masyarakat dengan harga yang relatif murah. Ia berencana memasarkan produk second brand dari hasil kerajinan masyarakat Dayak.
"Kita kan sistemnya seperti reward and punishment, yg kurang baik harganya kurang, yang baik atau premium itu untuk first brand, nanti yang kurang baik untuk second brand" tutur Alti.
Namun Alti yakin meskipun memiliki harga yang tinggi, produknya tetap mendapat respon yang baik di pasaran karena memberikan kualitas yang terbaik. Selain itu, pihaknya pun memberikan pemahaman kepada konsumen melalui sebuah film berjudul "Kalimantan's Craft: Harmony of Culture and Nature" yang dibuatnya bersama Gekko studio.
"Tahun lalu kita sudah berpikir bahwa kita harus buat film supaya orang tahu bagaimana cara pembuatan, cara pemanenannya, jadi tahu kenapa harga tas kami itu harus mahal" tambah Alti.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar