Cagar Biosfer Cibodas, Antara Perlindungan dan Pemanfaatan
Gunung Batu|Kotahujan.com-Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) telah menetapkan diri untuk menjadi 'Green Province'. Konsekuensinya Pemprov harus lebih perhatian terhadap persoalan lingkungan, baik pelestarian maupun upaya perbaikan. Salah satu modal Green Province adalah keberadaan Cagar Biosfer Cibodas yang meliputi 3 kabupaten yaitu: Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Sejak ditetapkan tahun 1977 oleh UNESCO, Cagar Biosfer Cibodas belum dipahami dipahami dengan baik. Masih ada kerancuan kebijakan dan pengaturan, sehingga terjadi permasalahan implementasi atau pelaksana. Akibatnya masalah utama Cagar Biosfer yang terjadi adalah isu konservasi yang sering bertentangan dengan isu ekonomi. Demikian latar belakang digagasnya Workshop Revitalisasi Pengelolaan cagar Biosfer Cibodas di Balai Diklat Kehutanan Gunung Batu, Selasa (27/9) kemarin.
Meski pengeloaan dan kewenangan ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Pemprov Jabar tetap merasa wajib memastikan implementasinya berjalan dengan baik. perlu adanya pembelajaran dari pelaku, yaitu Pemerintah Daerah dan Pihak Swasta yang menjadi aktor utama didalam kawasan penyangga dan transisi untuk mengatasi permasalahan ekologi yang berdampak pada pembangunan berkelanjutan. Apa yang telah dilakukan swasta terhadap program pembangunan berkelanjutan, diharapkan bisa memberi gambaran bagaimanan menggali benefit atas upaya-upaya tersebut. Sehingga bisa menjawab tantangan bahwa isu konservasi bukan sesuatu yang bersifat cost-centre tetapi juga mendukung pembangunan ekonomi.
“Kita ingin ada peran lebih banyak, baik Pemerintah Daerah maupun masyarakat sebagai stake holder. Jangan sampai nanti ada pihak swasta ngambil air segala macam kekayaan alam, tetapi tidak ada kontribusi apa-apa,” ungkap Kepala BKPP, Drs. H. Wawan Sofwan, M.Si.
Menurutnya para pengambil manfaat Cagar Biosfer dan Taman Nasional ini harus bisa berembuk dan mengambil peran bagaimana memanfaatkan, menjaga sekaligus mengelola. Agar Cagar Biosfer Cibodas ini tetap berlanjut. Terkait perusahaan pemanfaat yang berada dilingkungan Cagar Biosfer, ia akan mengkaji dan terus menelusuri kewenangan ijinnya oleh siapa. Kemudian menghimbau pemerintah yang berwenang, mendesak perusahaan tersebut ambil bagian dalam pelestarian.
Workshop digelar oleh Forum Komunikasi dan Koordinasi Cagar Biosfer Cibodas, yang dikoordinatori oleh Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah 1 Bogor. Diikuti anggota Forum Komunikasi dan Koordinasi Cagar Biosfer Cibodas terutama pihak swasta yang berada dalam wilayah penyangga dan transisi Cagar Biosfer Cibodas. Sejumlah aparatur daerah Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Bogor, dan kalangan swasta berpartisipasi dalam kegiatan ini.
“Kita buat skema bagaimana mengajak partisipasi masyarakat Jakarta untuk menyelamatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam bentuk adobsi pohon,” buka Nila Roslita dari Green Radio, saat mengawali presentasinya “Desiminasi Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan”.
Green Radio memaparkan upaya yang mereka lakukan di Desa Sarongge dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sementara Telapak melalui PT. Poros Nusantara Utama (PNU) Jabar, dalam paparan berjudul “Community Development di Cagar Biosfer Cibodas”. Menguraikan pendekatan komunitas yang telah mereka lakukan di kampung Ciwaluh. Pendekatan dilakukan dengan membentuk kelompok petani mandiri yang mengolah komoditas kumis kucing dan membantu penjualannya. Masyarakat dibantu penyadarannya bahwa berperilaku konservasi bisa berdampak pada pendapatan ekonomi mereka.
“Awalnya kami share pengalaman soal koperasi. Kemudian masyarakat tertarik dan mau menjalankan aturan mainnya, ” papar Rina Agustine dari Telapak.
Sedangkan Taman Wisata Matahari memaparkan upaya yang dilakukannya, membuat wahana rekreasi dan pendidikan. Presentasi yang disampaikan Drs. Haerudin R. Sadjujdin, Education Progam Manager TWM berjudul “Pengembangan Ekowisata di Area transisi Cagar Biosfer Cibodas”. Presentasi ini lebih banyak mengungkap konsep Ekowisata berbasis rekreasi dan pendidikan TWM yang berada dikawasan transisi.
PT Tenggara di kawasan perkebunan teh Maleber, Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur juga ambil peranan. Progam eksternal perusahaan untuk masyarakat sekitar digagas sebagai bentuk kepedulian masyarakat mandiri. Administratur Perkebunan Teh Maleber Hendri Adrianto menjelaskan kiprah perusahaannya itu dalam paparan “Partisipasi Swasta dalam Pengelolaan Lingkungan”.
Meski pengeloaan dan kewenangan ada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Pemprov Jabar tetap merasa wajib memastikan implementasinya berjalan dengan baik. perlu adanya pembelajaran dari pelaku, yaitu Pemerintah Daerah dan Pihak Swasta yang menjadi aktor utama didalam kawasan penyangga dan transisi untuk mengatasi permasalahan ekologi yang berdampak pada pembangunan berkelanjutan. Apa yang telah dilakukan swasta terhadap program pembangunan berkelanjutan, diharapkan bisa memberi gambaran bagaimanan menggali benefit atas upaya-upaya tersebut. Sehingga bisa menjawab tantangan bahwa isu konservasi bukan sesuatu yang bersifat cost-centre tetapi juga mendukung pembangunan ekonomi.
“Kita ingin ada peran lebih banyak, baik Pemerintah Daerah maupun masyarakat sebagai stake holder. Jangan sampai nanti ada pihak swasta ngambil air segala macam kekayaan alam, tetapi tidak ada kontribusi apa-apa,” ungkap Kepala BKPP, Drs. H. Wawan Sofwan, M.Si.
Menurutnya para pengambil manfaat Cagar Biosfer dan Taman Nasional ini harus bisa berembuk dan mengambil peran bagaimana memanfaatkan, menjaga sekaligus mengelola. Agar Cagar Biosfer Cibodas ini tetap berlanjut. Terkait perusahaan pemanfaat yang berada dilingkungan Cagar Biosfer, ia akan mengkaji dan terus menelusuri kewenangan ijinnya oleh siapa. Kemudian menghimbau pemerintah yang berwenang, mendesak perusahaan tersebut ambil bagian dalam pelestarian.
Workshop digelar oleh Forum Komunikasi dan Koordinasi Cagar Biosfer Cibodas, yang dikoordinatori oleh Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah 1 Bogor. Diikuti anggota Forum Komunikasi dan Koordinasi Cagar Biosfer Cibodas terutama pihak swasta yang berada dalam wilayah penyangga dan transisi Cagar Biosfer Cibodas. Sejumlah aparatur daerah Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Bogor, dan kalangan swasta berpartisipasi dalam kegiatan ini.
“Kita buat skema bagaimana mengajak partisipasi masyarakat Jakarta untuk menyelamatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam bentuk adobsi pohon,” buka Nila Roslita dari Green Radio, saat mengawali presentasinya “Desiminasi Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan”.
Green Radio memaparkan upaya yang mereka lakukan di Desa Sarongge dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sementara Telapak melalui PT. Poros Nusantara Utama (PNU) Jabar, dalam paparan berjudul “Community Development di Cagar Biosfer Cibodas”. Menguraikan pendekatan komunitas yang telah mereka lakukan di kampung Ciwaluh. Pendekatan dilakukan dengan membentuk kelompok petani mandiri yang mengolah komoditas kumis kucing dan membantu penjualannya. Masyarakat dibantu penyadarannya bahwa berperilaku konservasi bisa berdampak pada pendapatan ekonomi mereka.
“Awalnya kami share pengalaman soal koperasi. Kemudian masyarakat tertarik dan mau menjalankan aturan mainnya, ” papar Rina Agustine dari Telapak.
Sedangkan Taman Wisata Matahari memaparkan upaya yang dilakukannya, membuat wahana rekreasi dan pendidikan. Presentasi yang disampaikan Drs. Haerudin R. Sadjujdin, Education Progam Manager TWM berjudul “Pengembangan Ekowisata di Area transisi Cagar Biosfer Cibodas”. Presentasi ini lebih banyak mengungkap konsep Ekowisata berbasis rekreasi dan pendidikan TWM yang berada dikawasan transisi.
PT Tenggara di kawasan perkebunan teh Maleber, Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur juga ambil peranan. Progam eksternal perusahaan untuk masyarakat sekitar digagas sebagai bentuk kepedulian masyarakat mandiri. Administratur Perkebunan Teh Maleber Hendri Adrianto menjelaskan kiprah perusahaannya itu dalam paparan “Partisipasi Swasta dalam Pengelolaan Lingkungan”.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar