Talud Graha Indah dan Dampak Banjir Ciliwung
Kedunghalang|Kotahujan.com-Bogor sebagaimana prediksi BMKG saat ini sudah masuk musim hujan. Kondisi ini harus menjadi perhatian secara khusus wilayah-wilayah yang rawan dengan resiko bencana akibat peralihan, seperti longsor dan banjir. Wilayah dengan kemiringan yang tinggi maupun daerah tebing sungai harus mewaspadai resiko ini. Pintu air di Bendung Katulampa belum menunjukkan tanda kenaikan yang berarti. Hal ini dimanfaatkan pemkot Bogor melalui dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air untuk membangun Talud di kawasan komplek Graha Indah kelurahan Kedung Halang, Bogor Utara. Talud ini dimaksudkan untuk memastikan tidak terjadi longsor dan air segera mengalir cepat ke hilir, dengan tujuan menghindari terjadinya banjir.
“Kita mau bikin TPT karena di Graha ini sering banjir kata warga, naiknya dari jalan hampir 1 meter. Makanya sekarang mau ditebing dari pondasi 4, 20 meter, kebawahnya 1, 80 meter” ungkap Ibah, mandor proyek pembuatan talud.
Pembangunan dengan nilai proyek Rp. 1.742.983.000 seperti ini terasa 'benar' untuk mengurangi banjir suatu tempat tertentu. Padahal jika ditilik dari kawasan satu daerah aliran sungai (DAS), setiap bagian sungai punya peran penyebab dan terkena dampak longsor dan banjir ini.
Saat ini banyak proyek pembangunan yang menerapkan pembangunan drainase konvensional, dimana air secapatnya dialirkan ke sungai dan selanjutnya ke hilir. Kondisi ini mamacu debit air sungai bertambah banyak dan deras. Berkurangnya resapan di wilayah hulu ditambah tebing sungai yang ditalud atau ditembok, kian menambah derasnya laju air yang akhirnya berdampak banjir pada lokasi yang dilaluinya. Padahal bisa dilakukan konsep drainase ramah lingkungan, yaitu mengalirkan kelebihan air di suatu kawasan dengan cara merespkannya ke tanah, atau secara bertahap dan alamiah dialirkan ke sungai.
Komplek Graha Indah 5 tahun sekali nyaris selalu terkena banjir luapan Ciliwung setinggi 1, 5 meter. Kondisi ini meyakinkan warga untuk dibuat talud penahan banjir.
“Kalau banjir sampai sini, tingginya kira-kira 1 meter setengah. Dari Jalan Cendana sampai kampung bebek kena juga, kebanjiran,” papar Dadi, petugas keamanan Graha Indah.
Pembuatan talud sungai Ciliwung dinilai tak menyelesaikan masalah jangka panjang banjir Ciliwung. Manfaatnya hanya dirasakan sesaat dan oleh warga dititik tertentu. Talud dengan tembok beton yang hanya disisi perumahan Graha Indah bisa memicu banjir untuk wilayah lainnya. Aliran sungai yang terhalang tembok akan bergerak ke sisi lainnya yang tak terhalang dengan kekuatan arus yang lebih deras. Akibatnya ancaman banjir dan gerusan air bisa berakibat longsor.
“Sebenarnya membahayakan kalau banjir besar dan dampak banjir nanti menimpa ke sebelah Graha Indah. Memang Ciliwung pernah banjir besar pada 2010 lalu dan yang terkena dampak luapan banjir Graha Indah, kalau Graha Indah saja yang diturap, nanti justru sebaliknya perumahan Kedung Badak yang akan terkena dampak banjir,” beber Hari Yanto, warga Kedung Badak.
Menurut warga yang juga aktivis Kelompok Peduli Ciliwung ini turap yang bagus adalah buatan alam dengan pohon-pohonan di tebing sungai. Turap bikinan manusia tak menjamin dan karena sifatnya proyek maka ia menduga kedepannya pasti ada perbaikan-perbaikan lagi. Bicara soal perbaikan pastinya juga akan bicara soal anggaran.
Tautan halaman ini.
1 komentar:
ada talud ada projek. dimana peran serta masyarakat dalam pembangunan talud?
Posting Komentar