Biota Ciliwung Bogor Diapresiasi Secara Ilmiah di Bandung
Bandung|Kotahujan.com-Sungai Ciliwung saat ini dikenal sebagai “Tempat Pembuangan Sampah Terpanjang di Dunia”. Nyaris sepanjang alirannya sejak dari hulu di Bogor hingga muara di Pantai Jakarta, orang memperlakukannya sebagai tempat sampah. Ibaratnya mau cari jenis sampah apa saja selain ke TPA, silahkan ke Ciliwung. Kondisi ini telah membuat pandangan skeptis bahwa Ciliwung sudah “habis” potensinya. Padahal hasil temuan Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Bogor bekerja sama dengan Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok, sejak tahun 2009 hingga 2011 mencatat ada 33 spesies ikan yang hidup di Sungai Ciliwung Bogor.
Menariknya sebanyak 13 (39,4%) dari 33 spesies ikan yang hidup di Sungai Ciliwung Bogor adalah spesies ikan asing (alien). Demikian paparan Ruby Vidia Kusumah, aktivis KPC yang juga staf Balai Riset Budidaya Ikan Hias Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada Forum Pemacuan Sumberdaya Ikan III oleh Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan (Jatiluhur) di Bandung, Rabu (18/10) kemarin.
“33 jenis ikan ini kami ketahui dari hasil wawancara warga sekitar Ciliwung Bogor dan hasil inventarisasi,” paparnya.
Makalah yang disampaikan Ruby bersama tim-nya memaparkan estimasi dampak ekologi yang terjadi akibat introduksi spesies ikan asing (alien) di Sungai Ciliwung. Pada bagian lainnya juga dipaparkan informasi mengenai keanekaragaman, pemanfaatan, serta potensi ekonomi berbagai spesies ikan asli(native) penghuni Sungai Ciliwung.
Hasil riset Sukarela dilakukan di Sungai Ciliwung Bogor mulai dari Desa Tugu Selatan(hulu) sampai Kedung Badak (hilir), disampaikan sebagai upaya mengangkat potensi Ciliwung pada forum-forum ilmiah, dan mementahkan anggapan keraguan orang “Memang Ada Ikan di Ciliwung !? ”.
Selama ini opini dikalangan ahli ekologi berbeda soal interaksi biotik berbagai spesies ikan asli (native) dan lingkungan. Di satu pihak, keberadaannya dipercaya sebagai ancaman bagi kelestarian spesies-spesies asli. Sedangkan di pihak lainnya, banyak ahli juga mempercayai bahwa kehadiran spesies asing ini akan memberikan manfaat yang menguntungkan bagi kepentingan konservasi spesies asli.
“Kita angkat ini agar kedepannya nanti ada yang tertarik dan lebih fokus menggali potensi Ciliwung ini. Saat ini kita melakukan sukarela dan dengan sumberdaya (voluntery) apa adanya,” ungkap Ruby
Makalah ini kemudian mendapatkan apresiasi dari Profesor. Rahardjo, Dosen FPIK IPB yang menjadi panelis makalah. Saat ini makalah tersebut dalam proses pengoreksian panitia dan rencananya akan diterbitkan Desember nanti.
Menariknya sebanyak 13 (39,4%) dari 33 spesies ikan yang hidup di Sungai Ciliwung Bogor adalah spesies ikan asing (alien). Demikian paparan Ruby Vidia Kusumah, aktivis KPC yang juga staf Balai Riset Budidaya Ikan Hias Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada Forum Pemacuan Sumberdaya Ikan III oleh Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan (Jatiluhur) di Bandung, Rabu (18/10) kemarin.
“33 jenis ikan ini kami ketahui dari hasil wawancara warga sekitar Ciliwung Bogor dan hasil inventarisasi,” paparnya.
Makalah yang disampaikan Ruby bersama tim-nya memaparkan estimasi dampak ekologi yang terjadi akibat introduksi spesies ikan asing (alien) di Sungai Ciliwung. Pada bagian lainnya juga dipaparkan informasi mengenai keanekaragaman, pemanfaatan, serta potensi ekonomi berbagai spesies ikan asli(native) penghuni Sungai Ciliwung.
Hasil riset Sukarela dilakukan di Sungai Ciliwung Bogor mulai dari Desa Tugu Selatan(hulu) sampai Kedung Badak (hilir), disampaikan sebagai upaya mengangkat potensi Ciliwung pada forum-forum ilmiah, dan mementahkan anggapan keraguan orang “Memang Ada Ikan di Ciliwung !? ”.
Selama ini opini dikalangan ahli ekologi berbeda soal interaksi biotik berbagai spesies ikan asli (native) dan lingkungan. Di satu pihak, keberadaannya dipercaya sebagai ancaman bagi kelestarian spesies-spesies asli. Sedangkan di pihak lainnya, banyak ahli juga mempercayai bahwa kehadiran spesies asing ini akan memberikan manfaat yang menguntungkan bagi kepentingan konservasi spesies asli.
“Kita angkat ini agar kedepannya nanti ada yang tertarik dan lebih fokus menggali potensi Ciliwung ini. Saat ini kita melakukan sukarela dan dengan sumberdaya (voluntery) apa adanya,” ungkap Ruby
Makalah ini kemudian mendapatkan apresiasi dari Profesor. Rahardjo, Dosen FPIK IPB yang menjadi panelis makalah. Saat ini makalah tersebut dalam proses pengoreksian panitia dan rencananya akan diterbitkan Desember nanti.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar