Ciliwung Rawan Banjir, Cisadane Mengancam
Empang|Kotahujan.com–Saat musim penghujan datang, kita lebih mengenal Katulampa sebagai pusat pengaturan air ke ibu kota. Perhatian ini tertuju dengan Ciliwung sebagai sumber ancaman bagi masyarakat yang dilalui oleh aliran sungainya, terlebih ketika air bah datang. Meski demikian sesungguhnya ada satu sungai yang tak kalah penting untuk diperhatikan. Cisadane.
Cisadane, salah satu sungai yang berhulu di Gunung Gede Pangrango dan bermuara di Laut Jawa, tanpa kita sadari juga bisa menimbulkan ancaman bagi masyarakat yang dilalui alirannya. Contoh kecil terjadi di kota Bogor, yaitu tanah longsor yang terjadi di Cibogor beberapa waktu lalu. Daerah Cibogor sendiri merupakan wilayah aliran Sungai Cipakancilan, salah satu anak sungai dari Cisadane. Ketika itu, debit Sungai Cisadane sangat banyak mencapai lebih dari 100 Cm yang merupakan status siaga. Saat debit air meningkat ternyata banyak air yang mengalir ke saluran irigasi yaitu Sungai Cipakancilan.
“Saat itu Banyak air yang masuk ke Irigasi, makanya kita alihkan,” ujar Ahmad Syafei, penjaga pintu Bendung Cisadane, Empang ketika diwawancara kotahujan.com, Senin (5/12).
Kejadian itu tentu patut menjadi perhatian karena berpotensi terjadi bencana alam karena luapan air Sungai Cisadane. Wilayah yang paling sering kena imbas dari luapan Sungai Cisadane adalah wilayah Tangerang. Ibu Kota Provinsi Banten ini adalah daerah yang paling sering terkenda banjir jika Cisadane meluap.
“Biasanya daerah di bawahnya ya Tangerang mas, dan daerah-daerah lain,” terang Syafei.
Kewaspadaan di Sungai Ciliwung dan Cisadane, harus menjadi perhatian masyarakat kota Bogor. Pemerintah harus bisa mendorong inisiatif warga masyarakat untuk lebih peduli pada sungai. Kenyataannya hingga kini belum jelas terlihat kebijakan dan proaktif Pemerintah Kota Bogor terkait hal ini. Bahkan dalam revisi Perda Lingkungan tak tercantum dengan dalih bahwa pengurusan sungai sudah ada kewenangan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) atau PSDA di tingkat propinsi.
"Kita memang tak mengatur soal itu. Karena sudah ada badan yang mengurusi soal sungai," papar Walikota Bogor Diani Budiarto, saat penyerahan lomba mulung sampah Ciliwung November lalu.
Kondisi Cisadane yang juga memiliki segudang masalah dan sampah seperti Ciliwung, perlu segera tindakan nyata dan solusi. Sedikit sekali warga Kota Bogor yang memiliki rasa kepedulian terhadap Cisadane, sungai yang juga merupakan salah satu Sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Barat. Jika beberapa waktu lalu perhatian orang tertuju ke Ciliwung dengan lomba pemulungan sampah, seharusnya inisiatif serupa bisa dicontoh warga sekitar Cisadane.
Saatnya Cisadane diperhatikan. Jika Ciliwung masih memiliki Katulampa, Cisadane memiliki Bendung Cisadane Empang. Perlu diingatkan bahwa Kota Bogor memiliki dua sungai besar Ciliwung dan Cisadane yang pernah masyur dalam sejarahnya. Masyur sebagai sumber penghidupan.
Laporan Kontributor : R Maeilana
Cisadane, salah satu sungai yang berhulu di Gunung Gede Pangrango dan bermuara di Laut Jawa, tanpa kita sadari juga bisa menimbulkan ancaman bagi masyarakat yang dilalui alirannya. Contoh kecil terjadi di kota Bogor, yaitu tanah longsor yang terjadi di Cibogor beberapa waktu lalu. Daerah Cibogor sendiri merupakan wilayah aliran Sungai Cipakancilan, salah satu anak sungai dari Cisadane. Ketika itu, debit Sungai Cisadane sangat banyak mencapai lebih dari 100 Cm yang merupakan status siaga. Saat debit air meningkat ternyata banyak air yang mengalir ke saluran irigasi yaitu Sungai Cipakancilan.
“Saat itu Banyak air yang masuk ke Irigasi, makanya kita alihkan,” ujar Ahmad Syafei, penjaga pintu Bendung Cisadane, Empang ketika diwawancara kotahujan.com, Senin (5/12).
Kejadian itu tentu patut menjadi perhatian karena berpotensi terjadi bencana alam karena luapan air Sungai Cisadane. Wilayah yang paling sering kena imbas dari luapan Sungai Cisadane adalah wilayah Tangerang. Ibu Kota Provinsi Banten ini adalah daerah yang paling sering terkenda banjir jika Cisadane meluap.
“Biasanya daerah di bawahnya ya Tangerang mas, dan daerah-daerah lain,” terang Syafei.
Kewaspadaan di Sungai Ciliwung dan Cisadane, harus menjadi perhatian masyarakat kota Bogor. Pemerintah harus bisa mendorong inisiatif warga masyarakat untuk lebih peduli pada sungai. Kenyataannya hingga kini belum jelas terlihat kebijakan dan proaktif Pemerintah Kota Bogor terkait hal ini. Bahkan dalam revisi Perda Lingkungan tak tercantum dengan dalih bahwa pengurusan sungai sudah ada kewenangan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) atau PSDA di tingkat propinsi.
"Kita memang tak mengatur soal itu. Karena sudah ada badan yang mengurusi soal sungai," papar Walikota Bogor Diani Budiarto, saat penyerahan lomba mulung sampah Ciliwung November lalu.
Kondisi Cisadane yang juga memiliki segudang masalah dan sampah seperti Ciliwung, perlu segera tindakan nyata dan solusi. Sedikit sekali warga Kota Bogor yang memiliki rasa kepedulian terhadap Cisadane, sungai yang juga merupakan salah satu Sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Barat. Jika beberapa waktu lalu perhatian orang tertuju ke Ciliwung dengan lomba pemulungan sampah, seharusnya inisiatif serupa bisa dicontoh warga sekitar Cisadane.
Saatnya Cisadane diperhatikan. Jika Ciliwung masih memiliki Katulampa, Cisadane memiliki Bendung Cisadane Empang. Perlu diingatkan bahwa Kota Bogor memiliki dua sungai besar Ciliwung dan Cisadane yang pernah masyur dalam sejarahnya. Masyur sebagai sumber penghidupan.
Laporan Kontributor : R Maeilana
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar