Terhalang Tembok Villa, Susur Ciliwung Tak Penuhi Target
Cisarua|Kotahujan.com–“Cuaca hari ini menyeramkan sekali”, tutur koordinator KPC, Hapsoro. Minggu (9/1), tim susur KPC melanjutkan penyusuran sungai Ciliwung meski cuaca di daerah Cisarua diselimuti kabut hitam. Penyusuran dimulai pukul 07.00 WIB dengan titik start dari Desa Tugu Utara – Cisarua. Titik ini merupakan titik terakhir pernyusuran sebelumnya (8/1). Jumlah tim susur tidak seramai hari Minggu, meski demikian hal itu tidak menurunkan semangat tim susur untuk meneruskan kegiatan penyusuran sungai. Beberapa kendala mereka temui pada penyusuran kali ini. Vila-vila yang berada di bantaran sungai merupakan kendala utama tim susur Cilliwung.
Keindahan persawahan yang berada di pinggiran sungai dibatasi oleh bangunan Vila yang kokoh dan megah. Kondisi ini memperlambat gerak tim susur. Mereka terhalang tembok yang batasnya hingga ke tepian sungai. Akibatnya waktu tempuh lebih lama dan target yang mereka usung tidak tercapai. Tim susur hanya berputar-putar karena tidak bisa menembus tembok Villa.
“Penyusuran kali ini cukup mengecewakan tidak tercapai target yang KPC harapkan karena terkendala banyaknya Villa di bantaran sungai ”, buka Hari, Koordinator susur Ciliwung.
Tembok Villa ternyata menjadi bagian seru lainnya selain medan yang semakin terjal. Beberapa kali tim harus menyeberang sungai yang debitnya cukup 'lumayan' meski tidak besar. Di tengah perjalan, di daerah Batu Layang tim susur menjumpai dua wanita pengumpul batu kali. Aktivitas mereka menarik perhatian tim karena di sekitar villa megah ada juga warga yang menggantungkan hidupnya dari Ciliwung. Ironisnya harga jual batu yang mereka kumpulkan itu hanya laku dijual Rp. 1000,- per dirigennya. Sungghu ini merupakan potret kecil kehidupan masyarakat sekitar Ciliwung di balik pembangunan vila-vila megah bertebaran di Cisarua. Selain itu di daerah Jogjogan- Cisarua tim susur juga menemukan longsoran tebing Ciliwung. Longsor ini terjadi akibat tidak ada tumbuhan penyangga di daerah dengan kontur miring tersebut.
Mengingat sulitnya medan, tim akhirnya coba mencari daratan dan tibalah pada sebuah kampung bernama Leuwimalang. Tim sempat surprise dengan adanya bangunan penampung air bersih bagi warga sekitar atas biaya PNPM. Padahal lokasi kampung tak jauh dari Ciliwung.
Perjalanan berikutnya tim mendengar riuh rendah suara orang. Ternyata tim tiba di sebuah kampung yang berbatasan dengan sebuah kawasan Taman Wisata Matahari (TWM). Berdasarkan penuturan pak Hadi (58), warga yang ditemui tim di jembatan Ciliwung sebelum masuk kawasan, lahan sekitar yang lahannya ternyata sudah dibeli Taman Wisata Matahari (TWM). Tim kemudian menembus sungai dan akhirnya masuk ke kawasan TWM. Ciliwung yang masuk kawasan ini ternyata menjadi salah satu wahana wisata air. Berendam, berenang, arung jeram hingga balon air.
Meski terkesan asri dan hijau, sayangnya kawasan yang dikelola itu tidak menyisakan sempadan sungai dengan tumbuhan penyangga, semua serba semen dan tanggul beton.
Tampaknya aksi susur Ciliwung harus diakhiri selepas lokasi TWM, mengingat waktu sudah sore. Terkait target batas kota Bogor yang tidak tercapai pada dua hari ini KPC merencanakan akan menyusun kegiatan susur kembali.
Keindahan persawahan yang berada di pinggiran sungai dibatasi oleh bangunan Vila yang kokoh dan megah. Kondisi ini memperlambat gerak tim susur. Mereka terhalang tembok yang batasnya hingga ke tepian sungai. Akibatnya waktu tempuh lebih lama dan target yang mereka usung tidak tercapai. Tim susur hanya berputar-putar karena tidak bisa menembus tembok Villa.
“Penyusuran kali ini cukup mengecewakan tidak tercapai target yang KPC harapkan karena terkendala banyaknya Villa di bantaran sungai ”, buka Hari, Koordinator susur Ciliwung.
Tembok Villa ternyata menjadi bagian seru lainnya selain medan yang semakin terjal. Beberapa kali tim harus menyeberang sungai yang debitnya cukup 'lumayan' meski tidak besar. Di tengah perjalan, di daerah Batu Layang tim susur menjumpai dua wanita pengumpul batu kali. Aktivitas mereka menarik perhatian tim karena di sekitar villa megah ada juga warga yang menggantungkan hidupnya dari Ciliwung. Ironisnya harga jual batu yang mereka kumpulkan itu hanya laku dijual Rp. 1000,- per dirigennya. Sungghu ini merupakan potret kecil kehidupan masyarakat sekitar Ciliwung di balik pembangunan vila-vila megah bertebaran di Cisarua. Selain itu di daerah Jogjogan- Cisarua tim susur juga menemukan longsoran tebing Ciliwung. Longsor ini terjadi akibat tidak ada tumbuhan penyangga di daerah dengan kontur miring tersebut.
Mengingat sulitnya medan, tim akhirnya coba mencari daratan dan tibalah pada sebuah kampung bernama Leuwimalang. Tim sempat surprise dengan adanya bangunan penampung air bersih bagi warga sekitar atas biaya PNPM. Padahal lokasi kampung tak jauh dari Ciliwung.
Perjalanan berikutnya tim mendengar riuh rendah suara orang. Ternyata tim tiba di sebuah kampung yang berbatasan dengan sebuah kawasan Taman Wisata Matahari (TWM). Berdasarkan penuturan pak Hadi (58), warga yang ditemui tim di jembatan Ciliwung sebelum masuk kawasan, lahan sekitar yang lahannya ternyata sudah dibeli Taman Wisata Matahari (TWM). Tim kemudian menembus sungai dan akhirnya masuk ke kawasan TWM. Ciliwung yang masuk kawasan ini ternyata menjadi salah satu wahana wisata air. Berendam, berenang, arung jeram hingga balon air.
Meski terkesan asri dan hijau, sayangnya kawasan yang dikelola itu tidak menyisakan sempadan sungai dengan tumbuhan penyangga, semua serba semen dan tanggul beton.
Tampaknya aksi susur Ciliwung harus diakhiri selepas lokasi TWM, mengingat waktu sudah sore. Terkait target batas kota Bogor yang tidak tercapai pada dua hari ini KPC merencanakan akan menyusun kegiatan susur kembali.
Tautan halaman ini.
1 komentar:
Lho mana nih videonya???
Posting Komentar