Industri 'Rumahan' Ramah Lingkungan
Bogor|Kotahujan.com-Barang fungsional ramah lingkungan dari sampah konsumsi manusia belum diminati oleh masyarakat luas. Meski masyarakat gencar memerangi pemanasan global yang tengah terjadi dimana naiknya suhu permukaan bumi, musim hujan dan musim panas yang sulit diprediksi, pencemaran air dan banyaknya jumlah sampah rumah tangga, menjadi masalah yang membelit. Namun kondisi ini tidak menjadikan masyarakat memulai aksi untuk menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan.
Hal ini terungkap dari penuturan Sarmila Elias, pemilik Lindamart yang memproduksi berbagai jenis barang dari sampah rumah tangga yang ada dibeberapa lokasi Bogor. Sampah seperti bungkus sabun dan pewangi cucian pakaian diipungut dan dikumpulkan dari sampah rumah tangga masyarakat Bogor. Kemudian sampah non organik itu dicuci dan dijemur. Setelah dijemur sampah-sampah tersebut dipotong dan dipola lalu dijahit dan ditambah dengan beberapa aksosoris tambahan.
Barang yang dihasilkan sebetulnya cukup unik, seperti tas dan payung dengan warna-warni merk sabun cuci terkenal, juga kemasan makanan lainnya yang banyak ditemukan di tempat sampah.
Barang-barang itu lebih banyak dikerjakan oleh kaum wanita. Bahkan salah satu diantaranya berusia lanjut. Menurut Sarmila, bagian yang tersulit adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat menggunakan barang daur ulang tersebut. Sehingga belum banyak masyarakat memanfaatkan barang dari sampah dan didaur ulang menjadi barang berfungsi atau membeli barang ramah lingkungan berbahan sampah pelastik untuk kebutuhan sehari-hari.
Padahal pada industri yang sama dengan bahan dasar sampah plastik pembungkus di daerah Cileduk, Tanggerang, Banten, 70 % produksinya telah dipasarkan ke Amerika , Singapura dan Eropa dengan kapasitas produksi 500 -1500 item barang setiap bulan. Sudah barang tentu industri rumahan ramah lingkungan ini adalah wujud nyata penyumbang penurunan pemanasan global dan pemulihan kerusakan lingkungan.
Jika industri rumahan ramah lingkungan seperti ini banyak dilakukan dan dimiliki di Indonesia, tentu hal ini sebagai bagian dari usaha mengurangi emisi dengan capaian pengurangan 26% sesuai dengan komitmen Internasional Indonesia. Disamping itu juga industri rumahan ramah lingkungan seperti ini bagian dari wujud nyata pemulihan industri yang ramah lingkungan, perbaikan etika kehidupan dan mengurangi gaya hidup konsumsi barang yang tidak ramah lingkungan.
Hal ini terungkap dari penuturan Sarmila Elias, pemilik Lindamart yang memproduksi berbagai jenis barang dari sampah rumah tangga yang ada dibeberapa lokasi Bogor. Sampah seperti bungkus sabun dan pewangi cucian pakaian diipungut dan dikumpulkan dari sampah rumah tangga masyarakat Bogor. Kemudian sampah non organik itu dicuci dan dijemur. Setelah dijemur sampah-sampah tersebut dipotong dan dipola lalu dijahit dan ditambah dengan beberapa aksosoris tambahan.
Barang yang dihasilkan sebetulnya cukup unik, seperti tas dan payung dengan warna-warni merk sabun cuci terkenal, juga kemasan makanan lainnya yang banyak ditemukan di tempat sampah.
Barang-barang itu lebih banyak dikerjakan oleh kaum wanita. Bahkan salah satu diantaranya berusia lanjut. Menurut Sarmila, bagian yang tersulit adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat menggunakan barang daur ulang tersebut. Sehingga belum banyak masyarakat memanfaatkan barang dari sampah dan didaur ulang menjadi barang berfungsi atau membeli barang ramah lingkungan berbahan sampah pelastik untuk kebutuhan sehari-hari.
Padahal pada industri yang sama dengan bahan dasar sampah plastik pembungkus di daerah Cileduk, Tanggerang, Banten, 70 % produksinya telah dipasarkan ke Amerika , Singapura dan Eropa dengan kapasitas produksi 500 -1500 item barang setiap bulan. Sudah barang tentu industri rumahan ramah lingkungan ini adalah wujud nyata penyumbang penurunan pemanasan global dan pemulihan kerusakan lingkungan.
Jika industri rumahan ramah lingkungan seperti ini banyak dilakukan dan dimiliki di Indonesia, tentu hal ini sebagai bagian dari usaha mengurangi emisi dengan capaian pengurangan 26% sesuai dengan komitmen Internasional Indonesia. Disamping itu juga industri rumahan ramah lingkungan seperti ini bagian dari wujud nyata pemulihan industri yang ramah lingkungan, perbaikan etika kehidupan dan mengurangi gaya hidup konsumsi barang yang tidak ramah lingkungan.
Tautan halaman ini.
0 komentar:
Posting Komentar